PASUNDAN EKSPRES- Industri gaming mobile telah menjadi sebuah industri yang sangat mendominasi, dengan banyak game inovatif yang memimpin pasar pada generasinya masing-masing.
Salah satu contoh yang patut disoroti adalah VainGlory, sebuah game Moba (Multiplayer Online Battle Arena) yang pernah menjadi raja di pasar mobile.
Meski sempat meraih kesuksesan besar, VainGlory mengalami kejatuhan yang tragis, dan dalam artikel ini kita akan menggali alasan di balik kegagalan ini.
Baca Juga:5 Perbedaan Signifikan AS Roma di Bawah Kendali Daniele De Rossi dan Jose MourinhoTransformasi Roma di Bawah Diresi Daniele De Rossi Setelah Jose Mourinho
F Glory, dikembangkan oleh Super Evil Mega Corp (SEMC), pertama kali muncul pada tahun 2014 dan langsung disambut positif oleh para pemain game mobile. Dalam waktu singkat, game ini mencapai angka unduhan mencengangkan, menciptakan gelombang baru dalam genre Moba pada platform mobile.
VainGlory berhasil mengubah cara pemain melihat game Moba dengan menyederhanakan mekanik permainan yang umumnya kompleks. Berbeda dengan game Moba populer lainnya seperti League of Legends dan Dota 2 yang menggunakan format pertandingan 5 versus 5 dengan map 3 lanes, Fang Glory mengambil pendekatan yang lebih sederhana dengan format 3 versus 3 dan map 1 lane.
Hal ini tidak hanya memangkas durasi permainan menjadi 15-30 menit, tetapi juga membuatnya lebih mudah diakses oleh pemain casual.
Namun, meski Fang Glory sempat memimpin pasar dengan grafis mewah dan gameplay yang kompleks, kejayaannya tidak bertahan lama.
Pesaing-pesaingnya seperti Arena of Valor (AOV) dan Mobile Legends: Bang Bang (MLBB) dengan penggunaan sistem kontrol analog lebih diminati, terutama oleh pemain dengan perangkat mobile low-end.
Perubahan permintaan pasar selama pandemi juga berdampak pada keberlanjutan Fang Glory. Game-game yang ramah memori dan lebih mudah dijangkau oleh pengguna dengan spesifikasi rendah menjadi lebih populer.
Selain itu, kebijakan pemasaran Fang Glory yang minim membuatnya kalah bersaing dengan pesaing-pesaingnya yang lebih agresif dalam mengiklankan produk mereka.
Baca Juga:Resep Pangsit Jontor Pedas MenggodaResep Puding Tahu Lembut (Soft Tofu Pudding)
Salah satu faktor krusial yang menyebabkan kegagalan Fang Glory adalah ketidaksiapan pengembangnya menghadapi perubahan tren dan permintaan pasar. Super Evil Mega Corp kesulitan beradaptasi, terutama dengan masalah keuangan dan kurangnya dukungan untuk pengembangan dan promosi.
Kesalahan fatal terjadi ketika mereka mengubah model transaksi mikro menjadi wajib, merubah format permainan 3 versus 3 menjadi 5 versus 5, dan menambahkan fitur kontrol analog, yang semuanya bertentangan dengan keaslian dan daya tarik awal Fang Glory.