PASUNDAN EKSPRES – Penelitian terbaru dari UC Santa Barbara mengungkapkan temuan yang mengejutkan tentang kondisi air bawah tanah.
Laporan tersebut menunjukkan bahwa jumlah air di bawah tanah kian menyusut, dengan penurunan mencapai 71% akuifer di seluruh dunia.
Fakta yang lebih memprihatinkan adalah bahwa laju penurunan air tanah semakin meningkat sejak puluhan tahun lalu. Pada periode 1980-1990’an, penurunan air tanah hanya terjadi pada 16% sistem akuifer.
Baca Juga:Misteri yang ada di Pulau Kunti Jawa Barat, Siapa yang Berani datang Kesana?Surah Pilihan yang Sering Dibaca Rasulullah SAW Ketika Shalat Tahajud, Ingat Bacalah Selagi ada Waktu
Tetapi penelitian terbaru menunjukkan bahwa penurunan air tanah terjadi hampir tiga kali lebih banyak tempat dibandingkan perkiraan sebelumnya.
Penemuan ini menunjukkan betapa buruknya kondisi air bawah tanah saat ini. Data penelitian dikumpulkan dari berbagai sumber, termasuk catatan nasional dan subnasional, serta hasil kerja lembaga lain.
Para peneliti melakukan pembersihan dan pemilihan data selama dua tahun untuk memahami total 300 juta pengukuran ketinggian air dari 1,5 juta sumur selama 100 tahun terakhir.
Penyebab Penurunan Air Tanah
Beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab penurunan air tanah antara lain:
Salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi krisis air bawah tanah adalah dengan melakukan penyimpanan air di bawah tanah. Cara ini memiliki beberapa keuntungan, antara lain:
- Lebih murah: Biaya penyimpanan air bawah tanah jauh lebih murah dibandingkan dengan pembangunan reservoir permukaan.
- Tidak mengganggu: Penyimpanan air bawah tanah tidak mengganggu景관 dan tidak memerlukan pembebasan lahan.
- Lebih aman: Air bawah tanah terhindar dari polusi dan penguapan.
Selain itu, penyimpanan air tanah juga memberikan manfaat ekologi bagi suatu wilayah.