PASUNDAN EKSPRES- Pada pernyataannya baru-baru ini, Wakil Presiden ke-10 dan ke-12, Yusuf Kala, memberikan sorotan terhadap film berjudul “Dirty Vote ” yang baru saja dirilis.
Meskipun menyebut sutradara film tersebut masih menjaga tingkat kesopanan, Kala menegaskan bahwa beberapa pihak telah merasa tersinggung oleh konten yang disajikan.
Menurut Yusuf Kala, film tersebut memang luar biasa dan dilengkapi dengan foto dan kesaksian yang mendalam. Namun, ia menyoroti bahwa film tersebut hanya mencakup sebagian kecil dari realitas yang sesungguhnya.
Baca Juga:Menjelajahi Cita Rasa Cirebon Resep Mie Get AsliMemanjakan Lidah dengan Resep Nasi Goreng Nanas Khas Subang, Jawa Barat
Menurutnya, hanya sekitar 25% dari kenyataan yang sebenarnya tergambar dalam film tersebut.
Pernyataan Kala membuka mata terhadap fakta bahwa film tersebut fokus pada aspek pemilu yang kotor dan praktik-praktik yang merugikan.
Namun, menurutnya, kenyataannya jauh lebih kompleks dan melibatkan berbagai elemen, seperti bagaimana dampaknya di daerah-daerah, respons masyarakat, dan interaksi petugas pemilu dengan warga.
“Dewasa ini, masih banyak hal yang belum tercakup, seperti bagaimana bangsos diterima oleh masyarakat, bagaimana petugas pemilu mempengaruhi persepsi masyarakat, dan banyak aspek lain yang mungkin belum terungkap,” ujar Yusuf Kala.
Wakil Presiden tersebut memperingatkan bahwa pemilu yang kotor dapat menghasilkan pemimpin yang tidak sempurna.
Ia menegaskan bahwa film tersebut, meskipun mencoba menggambarkan keadaan yang sebenarnya, masih belum mampu mencakup semua aspek yang terlibat dalam proses demokrasi.
“Demokrasi, seperti yang selalu saya katakan, adalah tentang pemilihan yang adil dan bersih. Pemilu yang kotor dapat menghasilkan pemimpin yang tidak sempurna,” tegas Kala.
Baca Juga:10 Ide Kado Wisuda Murah & Handmade untuk Cowok/CewekDaftar Lengkap 25 Partai Politik Peserta Pemilu 2024
Meskipun menyatakan bahwa film tersebut mungkin telah memberikan gambaran sebagian kecil dari realitas, Yusuf Kala juga memahami bahwa membuka semua aspek bisa menjadi kontroversial dan memicu reaksi berbagai pihak.
Namun, ia mengajak untuk menanggapi dengan data dan fakta, bukan hanya berdasarkan pada tuduhan tanpa dasar.
“Semua orang bisa mengatakan fitnah, tapi tunjukkan di mana fitnahnya. Kita harus berbicara dengan data, angka-angka, dan tanggal-tanggal yang konkret,” ujarnya.
Dengan demikian, pernyataan Wakil Presiden Yusuf Kala menyoroti pentingnya melihat setiap sisi cerita dan memahami bahwa kenyataan yang ada mungkin lebih kompleks daripada yang ditampilkan dalam film atau media lainnya.