Seperti adagium politik berlaku commen sense “tidak ada kawan atau lawan yang abadi, yang abadi adalah kepentingan pribadi atau golongan.
Dan ini menjadi commen sense yang tidak lucu dan tidak sehat.
Common sense, seolah menjadi pembenaran tanpa pembuktian, atau bukti tanpa pembuktian, atas sebuah peristiwa atau pendapat.
Baca Juga:Dirut PLN Pimpin Langsung Pengamanan Pasokan Listrik dari Posko Nasional Siaga Pemilu PLNTHGO Siap Layani Warga Purwakarta, Tawarkan Skema Bisnis Menarik dan Berbagai Promo
Padahal bisa jadi, teks yang menjadi commen sense itu selalu dinegosiasikan, diperbaharui, diperkaya dan diperjuangkan bahkan dimanipulasi oleh kepentingan.
Keikutsertaan dan keterpilihan Komeng dalam kontestasi DPD menjadi commen sense atas siapapun boleh menjadi wakil rakyat, hatta komedian.
Sesuatu yang tak perlu pembuktian.
Namun fakta bahwa wakil rakyat selalu merekayasa keterwakilannya dan mengatasnamakan rakyat selalu menjadi isu yang dinegosiasikan dan diperbaharui dalam setiap kebijakan sesuai dengan kepentingannya.
Komeng diharapkan menjadi kontruksi perlawanan atas suasana politik keterwakilan rakayat dan atas nama rakyat yang ruwet oleh kontestasi kepentingan.
Perlawanan terhadap ketidakadilan, ketimpangan, kecurangan yang sering kali terjadi dalam pengelolaan kekuasaan oleh elit penguasa.
Perlawanan terhadap retorika ruwet para politisi. Bantahan terhadap pencitraana para elit politik dan penguasa.
Komeng menjadi harapan atas laku politik yang penuh perhitungan tanpa landasan pikiran kerakyatan dan keadaban.
Baca Juga:Pojokan 188, Perkara PilihanAnti Ribet Bikin Rapi, ACE Hadirkan Stora Sebagai Solusi Praktis untuk Urusan Rumah
Tanpa keberpihakan terhadap nasib yang diwakilinya. Komeng diharapkan membuktikan ampuhnya memperjuangkan asa melalui surat suara yang tak bersuara.
Menjadi penyambung suara yang tak terdengar namun selalu terdengar dalam suara-suara parodi dan komedi yang dibawakan sendiri oleh Komeng.
Atau kah Komeng akan menjadi representasi dan bukti dari commen sense -seolah sesuai akal sehat, bahwa politisi selalu memerjuangkan kepentingan.
Entah kepentingan siapa? Selamat Bang Uhuyyy! (Kang Marbawi, 18.02.24)