Jakarta – Sebuah artikel yang diterbitkan oleh Council on Foreign Relations (CFR) pada tanggal 12 Februari 2024 telah memicu perbincangan hangat di kalangan politik Indonesia.
Artikel tersebut, yang ditulis oleh Joshua Kurlantzick, seorang pakar Asia Tenggara, memprediksi nasib demokrasi di Indonesia jika Prabowo Subianto, calon presiden nomor urut 02, terpilih sebagai presiden.
Kurlantzick dalam artikelnya menyatakan bahwa Prabowo memiliki potensi untuk “menghancurkan demokrasi Indonesia” dan memimpin negara dengan populasi lebih dari 270 juta orang ini secara otoriter.
Baca Juga:Dede Sunandar Dari Jual Mobil Demi Nyaleg hingga Perolehan Suara 6Putin Ucapkan Selamat kepada Prabowo, Ingatkan Relasi Kuat Rusia – Indonesia
Dia menyamakan Prabowo dengan “populis otoriter Jawa” dan memperingatkan bahwa kepemimpinannya akan membawa Indonesia kembali ke masa lalu yang kelam.
Pernyataan Kurlantzick ini tentu saja menuai berbagai reaksi dari berbagai pihak. Pendukung Prabowo menudingnya sebagai propaganda dan upaya untuk mendiskreditkan kandidat mereka. Sementara itu, para penentangnya melihatnya sebagai peringatan serius yang harus diwaspadai.
Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan:
Penting bagi kita untuk mempertimbangkan semua faktor risiko dan memastikan bahwa demokrasi di Indonesia tidak terancam oleh ambisi politik individu atau kelompok tertentu.