PASUNDAN EKSPRES – Kapal selam tak berawak milik Houthi menjadi sebuah ancaman baru bagi kapal perang Amerika Serikat di Laut Merah.
Amerika Serikat melakukan tindakan yang mereka sebut sebagai serangan pertahanan diri terhadap lima target di wilayah yang dikuasai oleh Houthi di Yaman, setelah Houthi menggunakan kapal selam tak berawak untuk pertama kalinya sejak dimulainya serangan di Laut Merah dan Teluk Aden.
Kapal Selam Tak Berawak Milik Houthi Menjadi Ancaman Baru AS
Menurut Mick Mulroy, seorang analis keamanan dan pertahanan nasional dari ABC News yang juga merupakan mantan pejabat Pentagon dan agen CIA, penggunaan kapal selam, kapal bawah air tak berawak, atau UUV oleh Houthi menunjukkan kemajuan yang signifikan dalam kemampuan mereka dan perubahan strategi mereka.
Baca Juga:Temukan Perbedaan Bihun dan Soun untuk Menyangkal Kesalahpahamanmu, Mana yang Lebih Sehat?Israel Diduga Menyiksa Perempuan dan Anak Perempuan Palestina, Pakar PBB Desak Penyelidikan
Kapal permukaan dan bawah permukaan tanpa awak kemungkinan lebih sulit dideteksi dan dihancurkan daripada pesawat tanpa awak dan rudal anti-kapal. Houthi tidak mungkin mampu membuat senjata ini sendiri, jadi kemungkinan besar senjata ini berasal dari Iran,” kata Mulroy, dikutip ABC News, Selasa (20/2/2024).
Selain menyerang kapal selam tak berawak pada hari Minggu, militer AS melaporkan bahwa mereka juga menyerang sebuah kapal tak berawak yang bergerak di permukaan, serta rudal jelajah anti-kapal yang merupakan sebagian besar target AS pada gudang senjata Houthi.
AS telah menetapkan Houthi sebagai kelompok teroris global yang didukung oleh Iran, beroperasi di berbagai wilayah di Yaman yang mereka kuasai setelah gencatan senjata dalam perang saudara Yaman.
AS mengatakan bahwa Pasukan Quds Korps Garda Revolusi Internasional (IRGC), sebuah cabang militer dari rezim Iran yang mengoordinasikan operasi di luar perbatasan Iran, memberikan dukungan kepada Houthi dan kelompok bersenjata lainnya dengan pasokan senjata dan pendanaan.
Mick Mulroy mengatakan bahwa Houthi dan IRGC telah mengubah strategi mereka, mungkin karena mereka belum berhasil menyerang kapal angkatan laut AS.
Meskipun Houthi telah mencoba menargetkan kapal-kapal Amerika, mereka tidak berhasil melakukannya.
Sementara itu, AS telah meningkatkan serangan pertahanan mereka setelah kelompok milisi yang didukung oleh Iran menyerang pangkalan AS di Yordania dan menyebabkan tewasnya tiga anggota militer.