Ma Ata dan abdi dalam teguh pada nila kehidupan, kearifan lokal dan keberkahan.
Bekerja bagi Ma Ata dan abdi dalem adalah pengabdian.
Pengabdian kepada sebuah visi yang layak dan pantas diperjuangkan.
Yaitu kelangsungan budaya, kehidupan dan kesederhanaan.
Sawah atau pun tahta keraton bukan menjadi tujuan.
Tapi kesinambungan olahan tanah untuk ditanami benih kehidupan (wini padi) atau nilai luhur budaya yang diamanatkan kepada keraton/kerajaan itu menjadi tujuan.
Terserah siapa pemilik tanah sawah atau penguasa keraton.
Bagi Ma Ata atau abdi dalem, bekerja adalah kebanggaan akan tugas melestarikan nilai kehidupan sebagai sebuah tanggungjawab.
Baca Juga:HUT Ke-105, Damkar Purwakarta Berprestasi di Tingkat Nasional Pojokan 191, Jenis Manusia
Nilai kehidupan yang harus terus dicangkul di petakan-petakan sawah atau lekuk-lekuk dinding keraton.
Sepertinya halnya nilai-nilai luhur Pancasila yang harus terus digali dan implementasikan.
Bekerja yang seperti ini menggembirakan dan melahirkan enak nyaman dalam bekerja
Soal siapa sang raja, pemilik sawah atau pimpinan, hanya perantara untuk bersama mewujudkan sebuah visi dari nilai luhur yang diperjuangkan dan dihadirkan.
Pengabdian adalah terus belajar untuk terus menyelesaikan segala rintangan dengan baik.
Pengabdian adalah mendewasakan ego dan ambisi untuk mencari keberkahan dalam karier.
Maka laku sang pengabdi adalah, kesetiaan kepada visi, keihlasan, kecerdasan, ketelitian dan ketuntasan dalam bekerja untuk menganggit berkah.
Baca Juga:Kawal Ground Breaking Islamic Boarding School Yayasan Masjid Endan Andansih, PLN Terapkan Listrik Tanpa KedipPojokan 190, Pamuntangan
Loyalitas akan muncul pada visi pemimpin yang mendahulukan pengabdian bukan kepentingan.
Bukan loyalitas kepada personal.
Memang sulit untuk mencari model Ma Ata atau abdi dalem dalam sebuah institusi.
Namun kadang sang pengabdi terjebak kepada penguasa/pimpinan.
Menjadi hamba kekuasaan dan penguasa.
Penjilat begitu kata orang.
Padahal secara harfiah, tak mau lah orang dijilati orang.
Penjilat, menjilati kepentingan diri sendiri dan kelompok.
Agar terlihat mentereng di mata pimpinan dan penguasa.
Ini yang banyak ditemukan. (Kang Marbawi, 10.03.24)