PASUNDAN EKSPRES – Kim Jong-Un menyerukan upaya untuk mempersiapkan Korea Utara menghadapi perang.
Dikutip dari France24, Kamis, (14/3/2024), latihan tank yang dilakukan oleh Korea Utara dianggap sebagai respons terhadap latihan militer tahunan selama 11 hari antara Korea Selatan dan Amerika Serikat yang akan berakhir pada hari Kamis. Korea Utara mempersepsikan latihan yang dilakukan oleh negara saingannya sebagai persiapan untuk invasi.
Kim Jong-Un Menyerukan Upaya Persiapan untuk Perang
Pada hari Rabu (13/3/2024), pelatihan yang dilakukan oleh Korea Utara bertujuan untuk menguji kemampuan tempur pasukan tank mereka, melibatkan penggunaan tank tempur utama jenis baru yang disebut Kim Jong-Un sebagai “yang paling kuat di dunia”.
Baca Juga:DPR AS telah Meloloskan Undang-undang Mengenai TikTok yang Mengancam Sebaran Data ASMenteri Luar Negeri China akan Mengunjungi Australia Minggu Depan Setelah Hubungan Menegangkan Kedua Negara
Selama pelatihan, tank berat bergerak melalui berbagai simulasi situasi pertempuran yang intens dan melakukan penembakan proyektil ke target. Kim sendiri naik ke salah satu tank tipe baru dan mengemudikannya. Latihan ini berguna untuk meningkatkan semangat militansi yang tinggi di antara para prajurit tank Angkatan Darat mereka.
Kementerian Pertahanan Korea Utara sebelumnya bersumpah untuk melaksanakan “kegiatan militer yang bertanggung jawab” sebagai tanggapan terhadap latihan militer yang sedang berlangsung antara Korea Selatan dan Amerika Serikat yang dilaksanakan di Korea Selatan. Kemudian, Kim memantau latihan penembakan artileri tersebut.
Latihan militer antara Korea Selatan dan Amerika Serikat melibatkan simulasi pos komando menggunakan komputer serta 48 jenis latihan lapangan, jumlahnya dua kali lipat dari yang dilakukan tahun lalu.
Sejak awal tahun 2022, Korea Utara telah meningkatkan aktivitas uji coba senjatanya dengan tujuan meningkatkan dan memperluas persenjataan nuklir dan rudalnya. Sebagai respon, Amerika Serikat dan Korea Selatan telah memperluas latihan militer mereka dan juga melakukan latihan trilateral yang melibatkan Jepang.
Para ahli mengatakan bahwa kemungkinan besar Kim ingin memanfaatkan persenjataannya yang telah ditingkatkan sebagai sarana untuk memperoleh konsesi dari Amerika Serikat, seperti keringanan sanksi internasional terhadap Korea Utara.
Mereka juga memperkirakan bahwa Korea Utara akan meningkatkan aktivitas uji coba dan meningkatkan retorika yang bersifat perang sepanjang tahun ini, terutama mengingat adanya pemilihan umum di Amerika Serikat dan Korea Selatan.