Agar kampus nampak cantik maka tiap sudut kampus harus bersih dan bersinar. Dan untuk menciptakan kampus yang bersih, rapi nan cantik sebenarnya tidak diperlukan biaya yang terlalu tinggi, teknologi tinggi, dan tenaga yang besar, asal setiap warga kampus memiliki kesadaran dan komitmen akan pentingnya kebersihan.
Memang seharusnya semangat menjaga kebersihan lingkungan harus dimiliki oleh setiap orang. Karena dampak kelalaian satu orang saja, akan mengakibatkan kerugian pada banyak orang. Misalnya kebiasaan buruk membuang sampah sembarangan. Jika kita memaklumi perilaku satu orang yang membuang sampah sembarangan itu maka apabila ada seratus orang dengan perilaku yang sama, lalu berapa banyak sampah akan berserakan di sekitar kita.
Oleh karena itu, setiap orang harus ikut berperan sebagai penjaga kebersihan. Proses ini harus dilakukan oleh seluruh civitas akademika mulai dari pesuruh, mahasiswa, dosen, hingga professor. Idealnya setiap area kampus memiliki penanggung jawab terhadap kebersihan, dengan tetap menjadikan setiap orang sebagai peserta aktif terhadap kebersihan. Seluruh warga kampus harus memandang kampus dengan kaca mata seorang pengunjung, sehingga dapat dipastikan setiap yang melihat kampus akan mendapatkan impresi yang baik tentang kampus. Bukankah semua orang suka kebersihan bahkan sangat mendambakan kebersihan lingkungan dimana mereka beraktivitas, tinggal sementara, ataupun sekedar untuk datang berkunjung. Lingkungan yang kotor dan tidak terpelihara tidak pernah menjadi tempat yang ingin dikunjungi orang untuk ke dua kalinya.
Baca Juga:Bupati Karawang Edarkan 10 Larangan Bagi Pengusaha Tempat Hiburan dan RestoranKetua DPD KNPI Karawang Ajak Bersatu Suarakan Perbaikan Infrastruktur
Kebersihan kampus seharusnya tak hanya menjadi tanggung jawab cleaning service saja, melainkan menjadi tanggung jawab semua warga kampus. Oleh sebab itu kepedulian warga kampus terhadap kebersihan harus ditumbuhkan. Hal ini bisa dimulai dengan membiasakan membuang sampah pada tempatnya, meletakkan benda pada tempatnya, bahkan ikut menyapu, mengepel dan merapikan. Atau jika perlu dibentuk regu kerja kebersihan di tiap unit secara terjadwal dan seminggu sekali diadakan gotong royong untuk bersih-bersih bersama di tiap unit kerja masing-masing. Meskipun pekerjaan tersebut sudah ada yang menghandle, tapi apa salahnya jika kita juga ikut melakukanya. Ketika anda melihat kampus UMS di pagi hari katakan jam 7 pagi, wajah kampus tampak cerah,bersih termasuk di setiap sudut ruang open space,hall tapi menjelang siang karena perilaku penghuni kampus, sampah berserakan mulai dari punting rokok, kulit permen sampai sobekan kertas. Kata salah seorang guru besar UMS, itulah budaya masyarakat agraris yang perlu dibenahi. Jadi untuk menjaga kebersihan kampus, cleaning service tidak cukup tapi diperlukan budaya bersih yang dimulai dari penghuninya. Universitas Pendidikan Indonesia Bandung atau UPI butuh waktu empat tahun untuk ciptakan budaya bersih di kalangan civitas academicanya dimulai komitment Pimpinan universitas, dosen, karyawan kemudian dibreakdown dalam regulasi dan bahasa tulis dan diakhiri dengan keteladanan, jika perlu ada sangsi. Jangan menunggu sampai penghuni kampus sadar akan pentingnya kebersihan tapi perlu tindakan nyata.