Model “yes person” setali dengan sikap asertif yang tunduk pada semua orang atau keadaan. Menjadikan kita selalu mengikuti arus dan angin yang bertiup, tak punya prinsip dan pegangan.
Hanya menjadikan diri tak beda dengan “pembebek” yang hanya meningkat menjadi “penggonggong”.
Yang bisa diperalat dan dimanfaatkan orang lain.
Demi untuk dan hanya menyenangkan orang lain.
Atau mengejar jabatan.
Yang terakhir ini meningkat menjadi level “penjilat”.
Keberanian untuk mentradisikan kata “tidak” pada sesuatu ajakan, permintaan, perintah yang menabrak prinsip (moral values) adalah kekuatan yang harus dibangun.
Berani untuk mengatakan “tidak” yang berargumen.
Bukan asal berani tampil beda dengan mengatakan “tidak”.
Baca Juga:Dirut PLN Raih Best CEO of Communications, 12 Penghargaan dari Menteri BUMN di Ajang BCOMSS 2024Subsidi Listrik Ke PLN Rp 75,83 Triliun, Wujud Negara Hadir Sediakan Akses Listrik Terjangkau Bagi Masyarakat
Berani untuk tampil beda -sebuah prasyarat yang harus dimiliki oleh calon orang besar.
Sikap beda yang bukan asal beda. Sikap beda yang memiliki dasar nilai, tujuan serta tanggungjawab.
Kata “tidak” bisa jadi merusak hubungan kita dengan orang lain.
Tetapi tindakan untuk memelihara hubungan kita, memungkinkan memperlemah kekuatan anda.
Namun ada kalanya kita pun harus berkata “ya” pada Nurani, kemaslahatan umum dan tak menyalahi aturan. (Kang Marbawi, 17.03.24)