Bicara tentang kualitas, misalnya saat memilih barang yang hendak dibeli, kita tentu lebih senang membeli barang yang memiliki kualitas lebih baik dari yang lain. Tidak heran jika biasanya kita lihat label barang tertulis: “Kualitas terjamin” untuk meyakinkan calon pembeli bahwa mutu barang tersebut tidak diragukan. Sebaliknya, belum pernah kita jumpai ada barang yang ditulisi: “Kuantitas terjamin”. Artinya, kualitas menjadi lebih penting daripada kuantitas. Barang yang mahal bisa jadi menjadi murah bila dilihat dalam konteks keberlangsungan atau durasi penggunaan barang. Beli sepatu seharga rp 400.000 bisa dipakai selam 5 tahun dan nyaman, akan lebih murah bila dibandingkan sepatu yang harganya rp 200.000 tetapi tidak nyaman dipakai dan hanya berdurasi pakai 2 tahun. Dalam konteks kualitas ibadah juga harus dikaitkan dengan keajegan dilakukan oleh pelakunya karena sudah menjadi karakter berarti kualitasnya lebih baik.
Banyak contoh lain terkait hal ini. Misalnya dalam perang Badar, jumlah kaum muslim yang jauh lebih sedikit (hanya 313) mampu mengalahkan pasukan lawan yang tiga kali lebih banyak (sekitar 1000 orang). Ini membuktikan bahwa sesuatu yang berkualitas akan dapat mengungguli yang berjumlah banyak tapi tak berkualitas. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS al-Baqarah ayat 249: “…Betapa banyak kelompok kecil mengalahkan kelompok besar dengan izin Allāh. Dan Allāh bersama orang-orang yang sabar.”
Demikian pula dalam beribadah, kualitas ibadah menjadi sangat penting. Dalam Islam, ibadah merupakan sarana yang dapat menghantarkan seorang hamba ke hadapan Rabb-nya. Dengan kata lain, ibadah merupakan jalan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Maka tanpa kekuatan ibadah yang baik (berkualitas) seorang hamba akan kesulitan ‘menjumpai’ Sang Khaliq.
Baca Juga:Angka Pernikahan Mulai Menurun, Ada Apa Dengannya?Menelisik Hubungan Geografi dan Bulan Ramadan
Sepanjang bulan Ramadhan, ini merupakan kesempatan terbaik bagi kita untuk meningkatkan kualitas ibadah. Karena boleh jadi dalam menjalankan amalan ibadah selama ini, terdapat celah dan kekurangan yang membuat amalan kita tidak sempurna. Oleh karenanya, memperbaiki praktik ibadah lebih utama sebelum memperbanyak. Ini bukan berarti bahwa kita tidak berkeinginan untuk menambah pahala dengan memperbanyak ibadah, akan tetapi dengan memperbaiki kualitas ibadah maka kita bisa menambah dua kebaikan sekaligus. Disamping itu juga ibadah yang sudah kita lakukan selama ini mungkin masih focus ibadah wajib maka perlu kita tingkatkan juga ibadah yang sifatnya sunnah karena keduanya saling menyempurnakan . Memperbaiki amalan artinya kita bersungguh-sungguh dalam menghadirkan akal dan hati saat menjalankan ibadah. Kita harus coba hubungkan kualitas ibadah dengan keikhlasan saat beribadah, ini salah satu cara untuk meningkatkan mutu ibadah, disamping memahami ilmunya, seringkali kita perlu membuat komparasi dengan ibdah orang lain untuk memberi motivasi kepada kita. Ini yang kasad mata, selanjutnya akan berpulang pada Allah, apakah ibadah kita diterima atau tidak, itu hak prerogative Allah swt. Kita selalu ingat firmannya dalam QS Al An’am ayat 162 : “ Katakanlah (Muhammad), sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam “.