Pahala amal kita sangat tergantung dengan kehadiran hati saat mengerjakannya. Ibnul Qayyim al Jauziyah dalam kitab Madarijus Salikin (Pendakian Menuju Allah), menuliskan: “…Sesungguhnya amal tidak ditimbang dengan bentuk dan jumlahnya. Namun ditimbang dengan apa yang ada di hati. Maka dua amalan yang sama namun bisa jadi takarannya antara langit dan bumi. Dua orang berada dalam satu saf namun nilai sholatnya dapat berbeda antara langit dan bumi.” Karena pada hakikatnya tujuan ibadah adalah sarana untuk menghidupkan hati dengan iman sehingga kita dapat lebih dekat dengan Allah SWT.
Ibadah yang khusyuk adalah yang menghadirkan hati. Banyak yang tubuhnya melakukan rukuk dan sujud, mulutnya membaca ayat-ayat Qur’an, namun hatinya entah berpaling ke mana. Tidak hadirnya hati saat mengerjakan ibadah sering dikatakan dengan ibadah yang tidak khusyuk. Padahal Allah SWT menegaskan dalam QS Al Mu’minun ayat 1-2 bahwa orang yang bisa khusyu dalam salatnya-lah yang termasuk orang mukmin yang beruntung.
Ramadhan ini kita berpuasa, sholat malam (tarawih), tadarus dan ibadah lainnya. Mari mulai dengan sungguh-sungguh kita hadirkan hati dalam melakukan semua amalan tersebut. Jangan hanya fisik kita yang berpuasa, yang sholat dan yang membaca al Qur’an, tapi juga hati kita sehingga lambat laun kualitas ibadah kita akan semakin berkualitas. Insya Allah.