SUBANG– Kabupaten Subang memiliki salah satu Pondok Pesantren yang cukup terkenal, yaitu Pondok Pesantren Pagelaran yang erat kaitannya dengan peran K. H. Muhyiddin figur ulama terkemuka di Subang.
Dilansir dari situs Pondok Pesantren Pagelaran, awal mula dibangunnya Pondok Pesantren tersebut dimulai pada tahun 1900-an. Bupati Sumedang pada dikala itu Pangeran Wiriakusumah merasa kalau warga mukmin Sumedang amat membutuhkan edukasi pakar agama.
Hingga dengan itu, Bupati Sumedang mendatangkan sebagian orang kyai dari bermacam area, antara lain merupakan K. H. Muhyiddin bin Arif seseorang kyai yang berawal dari Garut. Pada tahun 1910 K. H. Muhyiddin ditempatkan di diaerah Cimalaka, disitu dia mendirikan pesantren yang diketahui dengan pesantren Cimalaka.
Baca Juga:Disnakertrans Subang Imbau Perusahaan Bayar THR Maksimal H-7 Lebaran Unik, Ibu-ibu KWT Bagikan Takjil Sayuran Segar
Sehabis 10 tahun disitu, dia alih ke sesuatu tempat terasing di Cimeuhmal, Kecamatan Tanjungsiang, Kabupaten Subang. Di tempat itu lah dia mendirikan pesantren yang diberi nama Pondok Pesantren Pagelaran pertama pada tahun 1920.
Dosen Pendidikan Sejarah Institut Pangeran Dharma Kusuma Anggi A. Junaedi mengatakan Pesantren Pagelaran ikut terlibat dalam peristiwa revolusi. Banyak santri yang kemudian ikut berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Bahkan, pesantren tersebut dijadikan markas Laskar Hizbullah atau Kaikyō Seinen Teishintai, mulai dari latihan mental, fisik, dan strategi perang.
“Ini berawal dari keikutsertaan K. H. Muhyiddin dalam pelatihan ulama yang diadakan Pemerintah Jepang. Latihan ini untuk memberikan ilmu kepada para ulama diluar ilmu keagamaan. Dari sini, K. H. Muhyiddin banyak berjumpa dgn tokoh agama lainnya sehingga koneksi diantara para ulama terjalin. Termasuk saat pendirian Hizbullah pada tahun 1944,” ucapnya.
Anggi katakan, berdasarkan naskah usulan calon pahlawan nasional, K. H. Muhyiddin masuk ke dalam Laskar Hizbullah. Kemungkinan beberapa santrinya pun ikut dalam keanggotaan. Laskar Hizbullah mendapat pelatihan semi militer sehingga mereka siap tempur. Di masa revolusi, sekitar akhir 1945, K.H. Muhyiddin menjadikan Pesantren Pagelaran 1 sebagai pusat logistik dan pelatihan mental dan fisik.
“Ini sebagai langkah bersiap karena sekutu tiba ke Jakarta dengan memboncengi NICA. Prediksi para ulama dan tokoh nasional, mereka akan menjajah kembali dan ternyata prediksi tersebut benar. Apalagi ketika resolusi jihad diserukan K.H. Asyari, para ulama semakin sepakat membentuk front pertahanan di masing lokasi perjuangan, termasuk subang selatan,” ucapnya. “Terutama, Subang menjadi incaran Belanda karena memiliki lapangan udara Kalijati sehingga pertempuran sering terjadi di Subang, termasuk Subang Selatan. Pasukan Belanda yang datang dari arah Bandung seringkali bertemu dan bertempur dengan pasukan K. H. Muhyiddin,” ucapnya.