oleh1.Drs.Priyono,MSi (Dosen Senior Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta dan Penasehat Takmir Masjid Al Ikhlas , Gudang,Sumberejo,Klaten Selatan)2.DR.Ibnu Hasan,M.S.I.( Dosen Prodi PAI Universitas Muhammadiyah Purwokerto dan Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah) )
NIATLuruskan niatmuBulatkan tekadmuKhusu’an ibadahmuAgar Allah SWT menerima amalmuDan bebaskan dosamu
Setiap muslim pasti menginginkan kehidupan yang bahagia baik di dunia dan akhirat tanpa kecuali. Jalan menuju ke sana sudah diatur dalam Al- Qur’an, secara eksplisit Allah dalam kitab suci maupun Rasulullah dalam hadits telah menyampaikan janjinya bahwa sebaik baik pahala adalah surga, sebaik baik bekal adalah taqwa, kemudian dilanjutkan sebaik baik mahluk adalah mereka yang bermanfaat kemudian sebaik baik kalimat adalah kalimat thayibah.
Baca Juga:Dirut PLN Jajal SPKLU di Rest Area 628D SaradanDirut PLN Pimpin Kesiapan Keandalan Listrik Masa Lebaran 2024
Pada ayat yang lain disebutkan bahwa orang yang kelak menghuni surga adalah mereka yang beriman kepada Allah dan berbuat baik kepada ciptaannya. Ayat dalam A-Qur’an selalu memperhatikan keseimbangan hubungan manusia dengan Tuhannya dan hubungan antar manusia sehingga iman itu harus berdampak pada akhlak orang yang beriman, di sinilah pentingnya pemahaman yang komprehensif. Oleh karenanya Rosul diutus Allah swt untuk menyempurnakan akhlak manusia. Berbahagialah mereka yang beribadah dengan susah payah dan diterima oleh Allah SWT bukan sebaliknya maka perlu memahami ilmunya, ilmu amaliah dan amal ilmiah agar memberi manfaat dunia akherat.
Banyak kegiatan ibadah yang telah kita laksanakan selama bulan Ramadhan baik ibadah yang sifatnya umum seperti menolong orang , membantu si fakir miskin, mendamaikan orang yang berselisih sampai pada perbuatan amar ma’ruf nahi munkar maupun kumpulan ibadah yang khusus mulai dari sholat sampai ibadah haji.
Adakah terbersit sebuah pertanyaan yang mendasar tentang kualitas ibadah kita yang akhirnya muncul pertanyaan : Apakah ibadah kita selama ini diterima oleh Allah sehingga mendapatkan pahala yang setimpal atau ditolak ? Salah satu ciri amal yang diterima adalah bila pelaku ibadah menunjukkan akhlak yang mulia seperti bicara yang baik dan benar, perilaku yang baik dan pancaran wajah yang selalu bersinar dan sebaliknya artinya bila ibadahnya tak berdampak pada perilakunya. Prinsip ibadah dalam islam yang akan diterima atau ditolak tergantung dua hal yaitu niat dan ikhlas dalam melaksanakan ibadah, seperti tersurat dalam Al Qur’an Surah Al An’am ayat 162 : “ Katakanlah (Muhammad), sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam “. Jadi ibadah itu niyatnya harus karena Allah bukan yang lain. Ini adalah level ibadah yang tinggi karena ketika kita beribadah pada prinsipnya kita sedang berinterkasi dengan sang pencipta dan tidak berharap pahalanya kepada yang lain. Keikhlasan menjadi penentu sebuah amal ibadah diterima atau tidak, disamping ada perintahnya dan ada syariatnya.