PASUNDAN EKSPRES – Pada tahun 1983, sebuah insiden tragis terjadi ketika pesawat tempur Soviet, SU-15 Flagon, menembak jatuh pesawat sipil Korean Airlines Boeing 747. Pesawat tersebut sedang dalam perjalanan dari Anchorage, Amerika Serikat, menuju Seoul, Korea Selatan, ketika kesalahan navigasi menyebabkan pesawat memasuki wilayah udara rahasia Uni Soviet.
Video yang diposting oleh channel @apabener di TikTok merinci kejadian ini. Boeing 747 milik Korean Airlines sedang terbang dalam rute internasional yang biasa ketika tiba-tiba menyimpang dari jalurnya. Navigasi yang salah ini membawa pesawat melintasi daerah terlarang di wilayah Soviet, yang dikenal sebagai area militer rahasia.
Begitu pesawat memasuki wilayah terlarang, radar Soviet segera mendeteksinya. “Soviet mengira pesawat itu adalah pesawat mata-mata Amerika,” kata narator dalam video tersebut. Untuk mengatasi ancaman potensial, Soviet mengirimkan jet tempur SU-15 untuk mencegat Boeing 747.
Baca Juga:Mengintip Dunia Bawah Laut: Challenger Deep, Titik Terdalam di Bumi yang Belum TersentuhMengguncang Dunia! 3 Gempa Bumi Terbesar Sepanjang Sejarah
Ketika pesawat tempur SU-15 mendekati Boeing 747, pilotnya menyalakan lampu peringatan sebagai tanda agar pesawat sipil itu segera keluar dari wilayah Soviet. Namun, tidak ada respons dari pesawat sipil tersebut. Untuk meningkatkan peringatan, SU-15 menembakkan sekitar 200 peluru sebagai sinyal kedua. Namun, lagi-lagi, tidak ada tanggapan dari pihak Korean Airlines.
Ketika tidak ada respons setelah serangkaian upaya peringatan, pilot SU-15 mengambil langkah drastis. “SU-15 kemudian menembakkan dua rudal yang menjatuhkan pesawat sipil itu,” kata narator. Kejadian ini menyebabkan hilangnya nyawa semua penumpang dan awak di atas Boeing 747.
Insiden ini memicu reaksi keras di seluruh dunia, terutama di negara-negara Barat, yang mengecam tindakan Soviet. “Kejadian itu membuat sentimen anti-Soviet semakin kuat,” jelas narator dalam video tersebut. Sementara itu, pihak Soviet menuduh Amerika Serikat sengaja mengirim pesawat ke wilayah udara mereka sebagai tindakan provokasi perang.
Insiden tragis ini memperlihatkan betapa berbahayanya kesalahpahaman dan eskalasi militer dalam konteks ketegangan Perang Dingin. Ini juga menjadi pengingat betapa pentingnya komunikasi dan prosedur yang jelas dalam menghindari tragedi serupa di masa depan.