PASUNDAN EKSPRES – Israel bisa berdiri sendiri walaupun AS menghentikan pengiriman senjata. Benjamin Netanyahu memberi tanggapan mengenai ancaman Amerika Serikat yang akan menghentikan pengiriman senjata jika terjadi invasi penuh di Rafah.
Perdana Menteri Israel tersebut mengatakan bahwa Israel memiliki kemampuan untuk menghadapi tantangan mereka sendiri.
Israel bisa Berdiri Sendiri walaupun AS Menghentikan Pengiriman Senjata
“Jika perlu… kami akan berdiri sendiri. Saya telah mengatakan bahwa jika perlu kami akan bertempur dengan kuku kami,” katanya yang dikutip dari BBC News, Jumat, (10/5/2024).
Baca Juga:Amerika Serikat Percaya Revisi Proposal Hamas akan Memecah Kebuntuan Gencatan Senjata di GazaPresiden Tiongkok Mendapatkan Sambutan Karpet Merah di Serbia dalam Kunjungannya
Presiden AS Joe Biden mengumumkan bahwa mereka akan menahan pengiriman sejumlah senjata, termasuk peluru artileri, jika serangan dilakukan terhadap Rafah.
AS telah menghentikan pengiriman bom sementara karena khawatir akan terjadinya kematian warga sipil. Namun, pada hari Kamis, Netanyahu mengingatkan kembali tentang Perang tahun 1948 sebagai respons terhadap peringatan yang datang dari AS, yang merupakan sekutu terdekat Israel.
Netanyahu mengingatkan bahwa dalam Perang Kemerdekaan 76 tahun yang lalu, Israel berada dalam posisi yang lebih lemah, dengan sedikit jumlah dan persediaan senjata yang terbatas. Meskipun ada embargo senjata terhadap Israel, mereka berhasil meraih kemenangan melalui semangat, kepahlawanan, dan persatuan yang kuat di antara mereka.
Netanyahu menegaskan bahwa Israel memiliki lebih dari sekadar sumber daya yang terbatas jika pengiriman senjata dihentikan oleh Biden. Ia menyatakan keyakinannya bahwa dengan kekuatan semangat tersebut dan dengan pertolongan Tuhan, mereka akan meraih kemenangan bersama-sama.
Sementara itu, Yoav Gallant, Menteri Pertahanan di bawah pemerintahan Netanyahu, menyampaikan bahwa baik musuh maupun teman Israel harus memahami bahwa negara mereka tidak dapat dikalahkan.
Komentar tersebut muncul beberapa jam setelah PBB mengumumkan bahwa lebih dari 80.000 orang telah mengungsi dari Rafah sejak hari Senin akibat serangan udara yang terus berlanjut dan keberadaan tank-tank Israel di sekitar wilayah yang sudah hancur.
PBB juga memberikan peringatan bahwa persediaan makanan dan bahan bakar hampir habis bagi lebih dari satu juta orang yang masih berada di kota tersebut, karena tidak ada bantuan yang dapat masuk melalui penyeberangan terdekat.