Managemen Sungai Bawah Tanah Atasi Kekeringan di Kawasan Karst Pucung, Eromoko, Wonogiri

Management Sungai Bawah Tanah
Management Sungai Bawah Tanah
0 Komentar

Solusi atas masalah kekeringan di Pucung diatasi dengan pendekatan geografi oleh mahasiswa pecinta alam Giri Bahama diback up oleh Fakultas Geografi UMS dengan dimulainya survai/penelusuran goa dengan memanfaatkan ilmu penginderaan jauh dan sistem informasi geografis serta ilmu pendukung lainnya seperti ilmu ukur tanah, kartografi, geomorfologi dan hidrologi karst untuk mendapatkan lokasi mulut goa di daerah karst yang kemudian bisa menemukan sungai bawah tanah yang menjanjikan dengan debit air sungai di saat puncak kemarau mencapai 2 liter per detik. Peta mulut goa sudah digambar dan dilanjutkan dengan survai potensi air goa baik kuantitas maupun kualitas untuk kelayakan dikonsumsi masyarakat Pucung. Ditemukan lebih dari 13 mulut goa baik secara vertikal maupun horisontal dan setelah dilakukan survai penulurusan 13 goa, ternyata hanya satu goa yaitu goa Suruh yang memiliki sumber air dari sungai tanah tanah yang sangat memadai utk dieksplorasi. Survai ini dimulai tahun 2000. Kegiatan lanjutan berikutnya adalah penelitian, penyuluhan, pendampingan pada masyarakat sebelum dilakukan pengangkatan air sungai bawah tanah dan pendistribusian ke masyarakat. Kegiatan tersebut cukup memakan waktu karena disamping persiapan fisik juga membutuhkan beaya yag kisarannya Rp 600.000.000 untuk menyediakan sarana dan prasaran pengangkatan termasuk mesin pengangkat air bawah tanah yang dalamnya mencapai 44 m dari permukaan tanah.

Sejak tahun 2012, air sungai bawah tanah berhasil dibendung dan diangkat dengan melakukan kerjasama atau kolaborasi antara Pemerintah Wonogiri, Dewan Da’wah Islamiyah Jawa Tengah, Pecinta Alam Giri bahama, Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta dan Pemerintah serta masyarakat Desa Pucung, maka berhasillah pengangkatan hingga dibuatkan tandon air di puncak Gunung Banteng. Pengangkatan berhasil dilakukan tahun 2013 bulan Januari dan pendistribusian melalui bak penampung (hidran Umum) di tiap dusun untuk mengantri pada tahun 2013 sampai bulan maret. Sejak itu hingga kini mereka sudah terbebas dari problem kekeringan bahkan bahkan penampung air hujan yang disalurkan ke bak penyimpan air sudah tidak digunakan karena 100 persen baik musim hujan maupun kemarau, mereka mengkonsumsi air Goa Suruh yang katanya lebih enak. Observasi yang kami lakukan pada tgl 4 mei 2024, berdasarkan laporan pengelola air sungai bawah tanah goa Suruh, 600 KK pelanggannya sudah menggunakan meteran PDAM, jadi sudah tidak ada antrian sehingga bak tandon air di tiap dusun merana tidak terpakai karena semua sudah tinggal buka dan tutup kran di rumah tangga masing masing. 

0 Komentar