Di satu sisi , keberadaan anak sangat didambakan , akan tetapi kadang anak juga sering menjadi ujian bagi orang tua, sehingga ada saja yang kita lihat, ada yang memiliki hubungan yang kurang harmonis dengan orang tuanya karena sebab tertentu misalnya beda pilihan calon isteri, soal warisan sampai pilihan politik bahkan sampai bermusuhan , malah sampai pada saling membunuh, naudzubillah. Inilah potret dinamika hubungan anak dan orang tuanya. Kadang ada yang menyenangkan tapi bisa jadi sebaliknya. Di sini menuntut peran orang tua yang harus menjadi pendidik dan sekaligus teladan bagi anak anaknya.
Kisah Ibrahim dan Musa yang diabadikan dalam Al Qur’an telah memberikan teladan bagi sebuah keluarga . Ismail adalah anak yang didambakan kehadirannya di tengah keluarga selama berpuluh tahun , tidak ada alasan tentang usia jika Tuhan menghendakiNya. Setelah anaknya lahir, Ibarahim AS mendapat perintah dari Allah SWT secara langsung melalui mimpinya yang diulang ulang, pada hal Ismail adalah seorang anak yang sangat didambakan kelahirannya dan telah berpuluh tahun dinantikan. Orang tua mana tega membunuh anaknya apalagi dengan cara disembelih. Akan tetapi Ibrahim begitu yakin melaksanakannya karena ini perintah Allah SWT. Sebelumnya telah terjadi dialog yang menunjukkan demokratisasi dan keduanya sepakat untuk melaksanakan secara ikhlas. Ketika kedua telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya maka saat itu pula Allah SWTmengganti Ismail dengan domba sembelihan yang besar. Jadi Ibrahim bukan menyembelih Ismail akan tetapi menggantinya dengan domba yang besar.
Kisah religi yang sangat menyentuh kalbu pembacanya , diabadikan dalam Al Qur’an QS As Saffat ayat 99-111 . Peristiwa ini kemudian ditetapkan sebagai hari raya umat islam yang bernama hari raya Idul Qurban atau Idul Adha. Hari raya ini merupakan serentetan ibadah haji dan qurban merupakan moment penting dalam kehidupan beragama yang tidak hanya memupuk keshalehan indivudu akan tetapi menyentuh kepada keshalehan sosial. Keshalehan individu terbentuk karena ibadah haji dan kurban merupakan bukti ketaqwaan kita kepada Allah dengan melaksanakan perintahNya tanpa keraguan dan keshalehan sosial terpupuk dari penyembelihan kurban sebagai bukti kepedulian kita dengan sesama mchluk hidup dengan membagikan daging kurban kepada masyarakat sekitarnya yang memerlukan untuk memupuk solidaritas sosial bagi pelakunya.