Bila direnungkan, setiap perintah agama yang dijalankan oleh umatnya , hampir tidak ada ibadah dalam islam yang berdimensi tunggal , akan tetapi selalu merupakan kolaborasi dimensi dunia dan akherat, dimensi individu dan sosial. Ini artinya bahwa hubungan baik seseorang dengan sang pencipta harus dibarengi dengan hubungan mesra dengan machluk ciptaannya. Sayang jika kita temukan kehidupan umat di sekitar kita yang beribadahnya seolah lebih banyak bersifat individual, jadi bagaikan pohon yang tidak menghasilkan buah yang memberi manfaat bagi orang di sekitarnya. Mungkin dimensi sosial dianggap persoalan yang tidak penting sehingga tidak begitu menjadi pusat perhatian. Inilah titik krusial orang yang menjalankan agamanya tetapi belum menjalankan fungsi sosialnya.
Selama prosesi ibadah umroh dan haji di tanah suci, banyak pelajaran yang bisa dipetik dari pelakunya misalnya penyembelihan hewan ternak merupakan simbol ketakwaan sekaligus kepeduliaan terhadap sesama machluk Tuhan. Hubungan anak dan bapak yang sangat harmonis melalui prosesi penyembelihan hewan. Ketika memasuki puncak haji yaitu wukuf di padang arafah dengan menggunakan pakaian ihram yang serba putih adalah sebuah simbol egalitaritas , berarti calon jamaah haji tidak pernah membedakan tingkatan status sosial. Mereka semua adalah machluk Allah yang sama derajatnya dan hanya berbeda dalam tingkat ketakwaannya. Tidak ada tingkatan jabatan, harta,perbedaan kulit, suku bangsa,asal negara. Mereka berpadu dalam pakaian yang serba putih seakan mau menghadap Tuhannya. Banyak lagi peristiwa yang bisa diambil hikmahnya termasuk melempar jumroh sebagai simbol menjauhi bisikan syetan karena syetan adalah musuh manusia sampai pada begitu banyak teladan filantropi islam ketika melaksanakan ibadah haji. Simbol kedermawanan senantiasa melekat pada setiap pelakunya termasuk perilaku empati dan keakraban terhadap sesama.
Ibadah haji dan umroh adalah perniagaan yang tidak ada ruginya. Pahala bagi seorang yang berhaji atau umroh adalah istana di surga yang luasnya seluas langit dan bumi. Maka tidak perlu berpikir panjang utk dapat beribadak haji atau umroh bagi orang yang mampu. Walaupun kita tahu bahwa masa tunggu untuk haji sangat lama, maka ibabah umroh lah harus dilaksanakan bagi yang mampu. Sekarang untuk haji dengan kuota regular dengan masa tunggu hingga 35 tahun. Haji dengan ONH plus dengan masa tunggu 6 tahun. Oleh karena itu jangan merasa berat bagi yang mampu untuk berhaji dengan haji furoda yang langsung berangkat. Sebagai gambaran bagi yang mampu bila mempunyai beberapa kapling rumah di dunia ini tidak keberatan untuk berhaji furoda karena harga kapling rumah di surga tidak dapat dibandingkan dengan rumah di dunia ini.