PASUNDAN EKSPRES – Era pemerintahan Kaisar Jiajing dari Dinasti Ming (1521-1567) awalnya diwarnai dengan citra bijaksana dan keadilan. Namun, seiring berjalannya waktu, sikapnya mulai menuai kontroversi yang memicu berbagai perdebatan.
Kaisar Jiajing dikenal karena kepercayaannya pada tahayul dan obsesinya untuk mencari keabadian. Demi mencapai tujuan ini, dia terlibat dalam tindakan yang mengejutkan dan mengerikan. Salah satu perintahnya yang mencengangkan adalah memerintahkan pengambilan darah menstruasi dari 300 gadis di bawah usia 14 tahun dan 100 gadis di bawah usia 10 tahun untuk dijadikan ramuan panjang umur. Ramuan ini diyakini dapat memberikan keabadian. Selain itu, ia juga mengumpulkan 1000 wanita dari seluruh negeri untuk memuaskan keinginan pribadinya.
Pada tahun 1542, sekelompok selir yang muak dengan kekejaman Jiajing mencoba membunuhnya dengan cara mencekiknya menggunakan pita rambut. Meskipun upaya tersebut gagal, kaisar membalas dengan kekejaman yang tak terbantahkan. Para selir tersebut dieksekusi bersama dengan seluruh anggota keluarga mereka.
Baca Juga:PPDB SMAN 1 Pegaden 2024: Persiapan, Syarat, Jadwal dan Tahapan PentingJokowi Instruksikan Kapolri Usut Tuntas Kasus Pembunuhan Vina dan Eki
Seorang sejarawan yang mempelajari masa Dinasti Ming mengungkapkan, “Kaisar Jiajing sangat terobsesi dengan konsep keabadian. Tindakan ekstremnya menunjukkan seberapa besar pengaruh tahayul dalam kehidupan dan pemerintahannya.”
Ironisnya, Jiajing meninggal pada tahun 1567 akibat keracunan merkuri, bahan yang sering digunakan dalam ramuan yang diyakini akan memberinya keabadian. Ramuan yang seharusnya memberikan kehidupan abadi justru menjadi penyebab kematiannya.
“Kematian Jiajing adalah ironi pahit,” kata seorang ahli sejarah Tiongkok. “Dia mengorbankan begitu banyak nyawa dan menjalani hidup dalam ketakutan akan kematian, hanya untuk berakhir dengan keracunan dari bahan yang diyakini akan menyelamatkannya.”
Kisah Kaisar Jiajing mengingatkan kita akan bahayanya obsesi yang tidak rasional dan bagaimana kekuasaan bisa disalahgunakan untuk kepentingan pribadi yang keliru. Pengaruh tahayul dan keinginan akan keabadian membawa Jiajing ke jalan kekejaman dan ironi tragis.