PASUNDAN EKSPRES – Alasan produksi tekstil menjadi lesu karena adanya beragam penyebab. Industri tekstil yang selama ini dikenal sebagai usaha padat karya, justru belakangan ini mengalami kemunduran.
Banyak perusahaan tekstil yang terpaksa melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) secara besar-besaran.
Alasan Produksi Tekstil menjadi Lesu
Bahkan, para pekerja/buruh tekstil di Indonesia melakukan unjuk rasa di jalanan untuk menyampaikan suara mereka, akibat kondisi industri tekstil yang semakin mengkhawatirkan.
Baca Juga:Blinken Memperingatkan Israel akan Perang yang Meluas: Jangan sampai Melibatkan LebanonMasih Stok Daging Kurban? Cobain Resep Gulai Sapi Pedas yang Maknyus
Hal ini disebabkan karena ratusan pekerja telah kehilangan pekerjaan mereka setelah pabrik tekstil tempat mereka bekerja terpaksa gulung tikar.
Buruh yang tergabung dalam Aliansi IKM dan Pekerja Industri Tekstil Nasional ini mendesak Presiden Jokowi agar mengambil tindakan untuk menyelamatkan industri tekstil dan produk tekstil (TPT) di Indonesia.
Salah satu penyebab utama kemunduran industri tekstil adalah banjirnya produk tekstil impor, khususnya yang berasal dari Tiongkok.
Namun, Tiongkok yang merupakan mitra dagang terbaru Indonesia, kini telah menjanjikan akan melakukan investasi di sektor tekstil Indonesia.
Ketua Umum Indonesia Pengusaha Konfeksi Berkarya (IPKB), Nandi Herdiaman, menyatakan bahwa industri tekstil, terutama produsen pakaian skala kecil, sedang menghadapi situasi yang sulit. Hal ini diakibatkan oleh banjirnya produk tekstil impor.
“Lonjakan impor ini merupakan dampak langsung dari gangguan perdagangan global dan tindakan anti-dumping terhadap Tiongkok,” kata Nandi, dikutip Bisnis, Jumat (28/6).
Menurut Nandi Herdiaman, kondisi pasar di wilayah Timur saat ini mengalami kelebihan pasokan produk tekstil. Hal ini sangat mengancam mata pencaharian para pekerja lokal.
Baca Juga:Serangan Udara Israel Menewaskan Delapan Orang di Pusat Bantuan GazaPerbedaan Alur dan Plot yang masih Disalahpahami oleh Banyak Orang
Oleh karena itu, dalam aksi ini, terdapat setidaknya lima tuntutan khusus yang disuarakan. Salah satu tuntutan utamanya adalah agar pemerintah memprioritaskan produksi dalam negeri.
Para buruh mendesak pemerintah untuk menerapkan pembatasan impor yang lebih ketat pada semua produk pakaian jadi, dan berkonsentrasi pada penguatan produksi domestik serta mencapai swasembada di industri tekstil.
Selain itu, para buruh juga berharap agar pemerintah memberikan perlindungan bagi lapangan kerja domestik.
Nandi Herdiaman menyatakan bahwa pemerintah harus memprioritaskan kebijakan yang menciptakan lingkungan yang stabil dan berkelanjutan bagi industri tekstil lokal.