3. Politik yang Keras dan Kasar
Jusuf Hamka menyatakan keputusannya untuk mundur dari politik adalah hasil pertimbangan mendalam, termasuk saran dari keluarganya. “Saya tidak akan mengikuti politik lagi. Saran keluarga saya, saya mengundurkan diri dari politik,” ungkapnya. Menurut Hamka, dunia politik cenderung keras dan kasar, suatu hal yang bertolak belakang dengan pekerjaannya yang lebih berorientasi pada kemanusiaan dan kelembutan. “Menurut saya politik itu agak keras, agak kasar. Kalau saya kan kerjanya kemanusiaan. Mungkin beda ya, agak lembut begitu-begitu, enggak bisa sama,” tuturnya.
4. Mengetahui Lebih Banyak: “I Know too Much”
Jusuf Hamka juga mengaku mengetahui alasan di balik pengunduran diri Airlangga Hartarto dari posisi Ketua Umum Golkar, namun memilih untuk tidak mengungkapkan hal tersebut kepada publik. “I know too much, but I don’t want to talk too much (Saya tahu banyak, tapi saya tidak mau bicara terlalu banyak),” katanya dengan singkat. Ia juga meragukan apakah keputusan Airlangga untuk mundur sepenuhnya atas kehendaknya sendiri. “Saya juga belum tahu siapa yang memaksa beliau. Kalau pun itu keinginan beliau pribadi, saya juga ragu kalau ditanya. Kalau ada yang memaksa mundur atau tidak,” imbuhnya.
5. Kesetiaan dan Solidaritas
Mundurnya Jusuf Hamka dari keanggotaan Golkar tak lepas dari dukungannya terhadap Airlangga Hartarto. Sebagai sahabat dekat, Hamka merasakan kesedihan yang mendalam ketika Airlangga menghadapi situasi sulit tersebut. “Sebagai manusia yang beradab dan beretika, saya juga berasa sakit. Begitu teman saya sedih, saya pasti sedih,” tuturnya. Bagi Hamka, pertemanan adalah hal yang sangat penting, dan kesetiaan merupakan prinsip utama dalam hidupnya. “He is my best friend. Buat saya pertemanan adalah pertama. Kesetiaan utama buat saya,” pungkasnya.
Baca Juga:Mengintip Kekayaan Keluarga Salim, Pemilik Indomaret dan IndofoodSamsat Gencar Tagih Pajak Kendaraan, Dari Rumah ke Rumah Hingga Aplikasi Signal!
Dengan mundurnya Jusuf Hamka dari dunia politik, ia tampaknya ingin lebih fokus pada kontribusi sosial yang menurutnya lebih sejalan dengan nilai-nilai kemanusiaan yang ia pegang teguh. Keputusan ini mencerminkan karakter Hamka yang tidak hanya berani dalam bisnis, tetapi juga teguh dalam prinsip hidupnya.