Teori ini memberikan sudut pandang baru terhadap bangunan batu misterius di dekatnya yang dikenal sebagai kandang Gisr el-Mudir. Para peneliti berspekulasi bahwa bangunan ini mungkin berfungsi sebagai bendungan yang menahan air selama banjir besar dan menyaringnya dari sedimen, mencegah terowongan tersumbat.
Namun, teori ini mendapat banyak kritik dari para ahli di bidang arkeologi. Beberapa ahli meragukan bahwa curah hujan di wilayah tersebut cukup untuk mengisi terowongan dengan air yang diperlukan. Fabian Welc, direktur Institut Arkeologi di Universitas Kardinal Stefan Wyszynski di Warsawa, Polandia, menyatakan bahwa air yang terkumpul di lembah kering (wadi) tidak akan cukup untuk mengisi parit-parit tersebut. Menurutnya, air akan segera terserap ke dalam massa batuan oleh gravitasi.
Zahi Hawass, mantan menteri urusan purbakala Mesir, bahkan menyebut penelitian ini tidak masuk akal. Selama 12 tahun terakhir, Hawass melakukan penggalian di Gisr el-Mudir dan tidak menemukan bukti yang mendukung bahwa bangunan tersebut adalah bendungan. Menurutnya, teori ini tidak didukung oleh bukti arkeologis yang kuat.
Baca Juga:PNS, Bersiaplah! Kenaikan Gaji 2025 Sudah di Depan MataApa yang Kamu Tahu Tentang Rekayasa Teknologi? Yuk Simak Jelasnya disini!
Meskipun teori ini masih jauh dari kata sempurna dan memerlukan lebih banyak penelitian untuk membuktikannya, ide tentang penggunaan teknologi hidrolik dalam pembangunan piramida adalah gagasan yang menarik dan patut diperhitungkan. Jika terbukti benar, penemuan ini bisa mengubah pemahaman kita tentang bagaimana peradaban kuno membangun salah satu struktur paling ikonik dalam sejarah manusia.