SUBANG– Kabupaten Subang kembali mencatat sejarah dengan pelepasan ekspor kopi melalui Sistem Resi Gudang (SRG) dari Gudang SRG Cisalak-Subang ke Dubai, Uni Emirat Arab.
Ekspor ini merupakan hasil kolaborasi antara Badan Pengawasan Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional, dan Koperasi Produsen Gunung Luhur Berkah.
Inisiatif ini menandai langkah signifikan dalam upaya memperluas pasar kopi Indonesia di kancah internasional, terutama di kawasan Timur Tengah.
Baca Juga:DPD PAN Subang Tolak Penggandengan Ruhimat dengan NikoDianugerahi Bintang Mahaputra Nararya dari Presiden Jokowi, Menteri AHY Akan Terus Fokus Selesaikan Target
Miftah, Ketua Koperasi Produsen Gunung Luhur Berkah, menjelaskan, koperasi yang dipimpinnya telah fokus pada budidaya kopi, khususnya jenis robusta.
Menurut Miftah, keterlibatan petani dalam koperasi ini mencakup lebih dari 420 orang yang tersebar di wilayah Kabupaten Subang dengan luas lahan yang dikelola mencapai 460 hektare.
“Kami fokus pada budidaya kopi robusta, dan hingga saat ini, total anggota koperasi kami mencapai 420 petani dengan lahan seluas 460 hektare,” jelas Miftah.
Ekspor kopi dari Kabupaten Subang ke Timur Tengah sebenarnya bukanlah hal baru.
Koperasi Gunung Luhur Berkah telah rutin melakukan ekspor kopi ke Mesir, Uni Emirat Arab, dan Arab Saudi sejak tahun 2019. Dalam tiga tahun terakhir, hubungan dagang dengan negara-negara tersebut semakin intensif dan konsisten.
“Sejak 2019, kami sudah rutin mengekspor kopi ke negara-negara Timur Tengah, terutama ke Mesir, Uni Emirat Arab, dan Arab Saudi,” tambah Miftah.
Miftah juga mengungkapkan, volume ekspor kopi tahun ini meningkat signifikan dengan rata-rata pengiriman mencapai delapan kontainer per bulan, di mana setiap kontainer berisi 20 ton kopi.
Baca Juga:Ingin Tingkatkan Nilai A, Sekda Subang Inisiasi Kolaborasi PentahelixPemuda Subang Selatan Kritik Kondisi Politik di Subang Masih Didominasi Skema dan Pemikiran Kolot
Hal ini menunjukkan permintaan yang tinggi dan semakin kuatnya posisi kopi Subang di pasar global.
“Saat ini, rata-rata per bulan kami mengirim delapan kontainer dengan kapasitas 20 ton per kontainer,” ujarnya.
Selain itu, kondisi pasar kopi dunia yang sedang mengalami penurunan produksi di negara-negara produsen utama seperti Vietnam dan Brasil turut berdampak positif pada harga kopi Indonesia, termasuk di Subang.
Miftah menjelaskan bahwa penurunan produksi di negara-negara tersebut telah meningkatkan harga kopi di pasar global, yang secara langsung juga menguntungkan para petani di Subang.