“Harga kopi di kita sekarang relatif lebih tinggi, di mana pada tahun 2023 harga robusta berkisar antara Rp 30.000 hingga Rp 35.000 per kilogram, kini meningkat menjadi Rp 70.000 per kilogram,” kata Miftah.
Keunggulan kopi dari Subang juga menjadi salah satu faktor pendorong keberhasilan ekspor ini.
Kopi robusta yang diproduksi oleh Koperasi Gunung Luhur Berkah dikenal memiliki kualitas tinggi, dan menjadi salah satu produk unggulan Indonesia di pasar internasional.
Baca Juga:DPD PAN Subang Tolak Penggandengan Ruhimat dengan NikoDianugerahi Bintang Mahaputra Nararya dari Presiden Jokowi, Menteri AHY Akan Terus Fokus Selesaikan Target
Miftah menambahkan bahwa selain robusta, kopi arabika yang dikenal dengan varian Javafinger juga merupakan salah satu keunggulan yang ditawarkan kepada pasar global.
“Kami memiliki dua jenis kopi unggulan, yaitu arabika Javafinger dan robusta Indonesia,” jelasnya.
Pada kesempatan yang sama, Heryono Hadi Prasetyo, S.E., M.M., Kepala Biro Pembinaan dan Pengembangan Sistem Resi Gudang dan Pasar Lelang Komoditas-Bappebti, menyampaikan, ekspor kopi ini merupakan bagian dari target pemerintah untuk meningkatkan nilai ekspor komoditas melalui Sistem Resi Gudang.
Ia menekankan bahwa setiap bulan sebanyak 20 kontainer kopi dengan kapasitas 20 ton per kontainer dikirim ke Dubai dengan nilai transaksi mencapai Rp 1,4 miliar.
Heryono juga menjelaskan, saat ini Bappebti membina 157 lokasi Sistem Resi Gudang di berbagai daerah di Indonesia dengan berbagai komoditas unggulan.
Di Sulawesi, misalnya, banyak yang fokus pada rumput laut dan ikan, sementara di Jawa dan Sumatera komoditas utama adalah beras dan kopi.
“Di Bangka Belitung, misalnya, kami mengelola komoditas lada, sedangkan di Subang ini fokus pada kopi,” jelas Heryono.
Baca Juga:Ingin Tingkatkan Nilai A, Sekda Subang Inisiasi Kolaborasi PentahelixPemuda Subang Selatan Kritik Kondisi Politik di Subang Masih Didominasi Skema dan Pemikiran Kolot
Salah satu tantangan utama yang dihadapi petani Indonesia adalah fluktuasi harga pada saat panen yang seringkali membuat mereka kesulitan menjual hasil produksi dengan harga yang layak.
Sistem Resi Gudang memberikan solusi dengan memungkinkan petani menyimpan hasil panen mereka di gudang dan mendapatkan pembiayaan hingga 70-90% dari nilai komoditas tersebut.
Dengan demikian, petani dapat menunda penjualan hingga harga komoditas lebih menguntungkan.
“Sistem Resi Gudang ini sangat membantu petani mengatasi tantangan fluktuasi harga saat panen. Mereka bisa menyimpan komoditas di gudang dan mendapatkan pembiayaan hingga 90% dari nilai komoditas tersebut,” ungkap Heryono.