Sebagai seorang yang pernah mengajar di Fakultas Seni Media Rekam di Institut Seni Indonesia (ISI) selama 10 tahun dan akrab dengan berbagai perupa, penulis memahami bahwa seni tidak bisa dinilai secara mutlak dengan benar atau salah. Namun, ketika sebuah karya yang sudah dipresentasikan dan dipromosikan dengan konsep tertentu ternyata sangat berbeda dari hasil akhirnya, hal ini wajar jika menjadi bahan kritik. Terlebih lagi, patung Garuda ini dibangun menggunakan dana publik yang mencapai angka fantastis, yaitu sekitar Rp 2 triliun, dan bukan dengan dana pribadi.
NN sendiri dinilai tidak konsisten dengan jejak digital desain yang pernah ia publikasikan di Instagram. Meskipun karya tersebut telah memenangkan sayembara yang diselenggarakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) pada tahun 2021, perubahan besar pada desain akhir yang jauh dari ekspektasi awal menimbulkan pertanyaan serius mengenai proses dan transparansi dalam proyek ini.
Ke depan, penting bagi pemerintah dan pihak terkait untuk lebih berhati-hati dalam memilih dan mengawasi proyek seni yang menggunakan dana publik. Keterlibatan masyarakat dan para ahli sejak awal proses perancangan hingga implementasi akhir mungkin dapat mencegah terulangnya kejadian serupa, di mana karya yang diharapkan menjadi kebanggaan justru berubah menjadi sumber kekecewaan.