PASUNDAN EKSPRES – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah merilis prediksi terbaru mengenai perubahan iklim global yang dapat mempengaruhi cuaca di Indonesia dalam beberapa bulan mendatang. Berdasarkan analisis mereka, fenomena El Niño-Southern Oscillation (ENSO) diperkirakan akan mengalami perubahan signifikan, dengan potensi beralih ke fase La Nina mulai September 2024.
ENSO adalah pola iklim yang secara berkala terjadi, melibatkan perubahan suhu di perairan Samudra Pasifik bagian tengah dan timur. Ketika ENSO memasuki fase La Nina, suhu perairan di wilayah ini menjadi lebih dingin dari biasanya. Hal ini tidak hanya mempengaruhi suhu global, tetapi juga memicu peningkatan curah hujan di beberapa daerah, termasuk di Indonesia. Aktivitas badai tropis juga cenderung meningkat dalam kondisi La Nina.
BMKG juga memperkirakan bahwa fenomena Indian Ocean Dipole (IOD) akan berada dalam kondisi netral sepanjang Agustus hingga Februari 2025. Dalam Analisis Dinamika Atmosfer Dasarian II Agustus 2024, BMKG menyebutkan bahwa ENSO memiliki potensi kuat untuk bergeser menuju La Nina mulai September 2024. Perkembangan ini perlu menjadi perhatian serius, terutama bagi masyarakat yang tinggal di wilayah-wilayah yang rentan terhadap perubahan cuaca ekstrem.
Baca Juga:Bandara Internasional Karawang, Proyek Senilai Rp36 Triliun Segera Dimulai!Ini Dia Pemilik Asli Jet Gulfstream yang Dipakai Kaesang dan Erina Ke AS!
Pada dasarian kedua Agustus 2024, BMKG juga mencatat bahwa MJO (Madden-Julian Oscillation) tidak aktif di fase 4-5, namun diprediksi akan aktif di fase 3 pada dasarian ketiga. Gelombang Rossby, gelombang atmosfer lainnya, diperkirakan akan melewati Indonesia timur-tengah pada akhir Agustus. Kegiatan atmosfer ini akan berpotensi meningkatkan pembentukan awan hujan, yang dapat berujung pada cuaca yang lebih basah.
Lebih jauh lagi, prediksi curah hujan untuk akhir Agustus hingga 20 September 2024 menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah Indonesia akan mengalami curah hujan dengan kategori rendah hingga menengah (0-150 mm/dasarian). Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menjelaskan bahwa peningkatan potensi hujan ini tidak lepas dari pengaruh fenomena cuaca global, seperti gelombang Kelvin, Rossby Ekuatorial, dan MJO. Aktivitas ini dapat menciptakan kondisi atmosfer yang labil, yang kemudian meningkatkan potensi pembentukan awan hujan.
Guswanto juga menekankan pentingnya kewaspadaan masyarakat terhadap potensi cuaca ekstrem, terutama pada akhir Agustus. “Kondisi ini diperkirakan akan berlanjut hingga akhir bulan. Oleh karena itu, masyarakat diimbau untuk selalu waspada dan mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan terjadinya cuaca ekstrem, seperti hujan lebat yang disertai kilat atau petir dan angin kencang dalam waktu singkat,” ujarnya dalam keterangan yang dikutip dari situs resmi BMKG pada Kamis, 22 Agustus 2024.