Waspada! Penipuan Kripto Lewat Deepfake AI Semakin Marak, Korban Termasuk CEO Binance

Waspada! Penipuan Kripto Lewat Deepfake AI Semakin Marak, Korban Termasuk CEO Binance
Waspada! Penipuan Kripto Lewat Deepfake AI Semakin Marak, Korban Termasuk CEO Binance
0 Komentar

PASUNDAN EKSPRES – Changpeng Zhao (CZ), mantan CEO Binance, mengeluarkan peringatan keras kepada komunitas kripto global untuk lebih waspada terhadap ancaman baru dalam bentuk penipuan berbasis deepfake yang dibuat menggunakan kecerdasan buatan (AI). Zhao mengungkapkan bahwa sejumlah video deepfake yang menampilkan dirinya telah beredar di berbagai platform media sosial.

“Ada video deepfake saya di platform media sosial lain. Harap berhati-hati,” tulis Zhao melalui media sosial X, seperti dikutip dari laporan Yahoo Finance pada Senin (14/10/2024). Peringatan ini disampaikan seiring dengan semakin canggihnya teknologi deepfake yang kini menyasar tokoh-tokoh terkenal di dunia kripto dan teknologi.

Zhao baru saja bebas dari hukuman penjara di California pada bulan lalu, setelah menjalani hukuman empat bulan akibat pelanggaran peraturan AS terkait pencucian uang dan pelanggaran Undang-Undang Kerahasiaan Bank. Kasus ini membuat nama Zhao semakin banyak disorot, sehingga tak heran jika ia menjadi salah satu target dari penipuan deepfake ini.

Baca Juga:Siap-Siap! Bitcoin Berpotensi Pump Besar di Penghujung 2024Bitcoin Menuju $70.000? Ini Prediksi Pasar untuk Akhir Oktober 2024!

Fenomena deepfake yang melibatkan tokoh-tokoh terkenal bukan hanya menimpa Zhao. Mantan Presiden AS Donald Trump, penyanyi pop Taylor Swift, CEO Ripple Brad Garlinghouse, dan CEO Tesla Elon Musk juga menjadi korban penyalahgunaan teknologi ini, di mana wajah mereka digunakan dalam video palsu untuk menyebarkan penipuan kripto.

Yang mengejutkan, bahkan keterbukaan Wakil Presiden AS Kamala Harris terhadap industri kripto turut memicu spekulasi bahwa deepfake AI yang menampilkan dirinya menawarkan token kripto mungkin akan segera muncul. Ini menambah panjang daftar tokoh publik yang menjadi sasaran manipulasi teknologi deepfake.

Menurut firma forensik data blockchain, Elliptic, penipuan kripto berbasis deepfake umumnya mengikuti pola yang serupa. Para penipu menggunakan video palsu untuk mengundang orang-orang yang tidak menaruh curiga agar mentransfer mata uang kripto ke alamat dompet yang disediakan dengan janji penghasilan yang sangat besar. Namun, seperti yang sudah dapat diduga, imbalan tersebut tidak pernah benar-benar diberikan.

Dengan semakin meningkatnya penggunaan deepfake untuk tujuan kriminal, Zhao dan para ahli keamanan digital lainnya mengingatkan pentingnya tetap waspada dan melakukan verifikasi lebih lanjut sebelum mempercayai konten yang beredar di internet, terutama yang melibatkan transaksi kripto. Fenomena ini menunjukkan bahwa seiring kemajuan teknologi, ancaman di dunia digital juga semakin kompleks, dan perlindungan diri dari serangan semacam ini menjadi semakin penting.

0 Komentar