PASUNDAN EKSPRES – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan fenomena La Nina akan melanda Indonesia tahun ini, dengan potensi membawa dampak besar pada cuaca dan iklim di beberapa wilayah. Berdasarkan hasil pemantauan terbaru, indikator atmosfer menunjukkan tanda-tanda kuat kehadiran La Nina. Fenomena ini diprediksi akan mengubah pola cuaca, membawa lebih banyak hujan, dan meningkatkan risiko bencana alam.
Menurut BMKG, hasil analisis atmosfer Dasarian II Oktober menunjukkan bahwa indeks Indian Ocean Dipole (IOD) berada pada nilai negatif (-1,11), namun karena baru berlangsung selama satu dasarian (periode 10 hari), statusnya tetap dianggap netral. Selain itu, anomali suhu permukaan laut di area Nino 3.4 juga telah mencapai ambang La Nina dengan indeks -0,64. Meski demikian, BMKG tetap menganggap fenomena ini masih berada pada level netral ENSO (El Nino-Southern Oscillation), yang menunjukkan pengaruh La Nina belum sepenuhnya kuat.
Prediksi Cuaca Ekstrem: Hujan Lebat di Musim Kemarau
La Nina diperkirakan akan berlangsung setidaknya hingga awal 2025. Selama periode ini, curah hujan di berbagai wilayah Indonesia, terutama di bagian barat, berpotensi meningkat antara 20 hingga 40 persen. Ini artinya, masyarakat di daerah-daerah tersebut bisa mengalami fenomena yang sering disebut sebagai “kemarau basah.” Meskipun musim kemarau masih akan ada, hujan deras kemungkinan akan sering terjadi, menciptakan kondisi basah di tengah musim yang biasanya lebih kering.
Baca Juga:ETH Senilai US$750 Keluar dari Exchange! Akankah Likuiditas Terpengaruh?Cuma Butuh Internet! Begini Cara Urus Jaminan Fidusia dengan Aplikasi Online
Selain fenomena La Nina, BMKG juga terus mengawasi IOD di Samudera Hindia. IOD merupakan variasi suhu permukaan laut yang berpengaruh besar pada pola cuaca di sekitar Asia Tenggara, Afrika, dan Australia. Ketika IOD negatif seperti saat ini, wilayah Indonesia sering kali mendapat tambahan curah hujan, yang dapat memperparah dampak La Nina.
Potensi Bencana Hidrometeorologi Mengintai
Dampak La Nina tidak hanya terbatas pada curah hujan tinggi, tetapi juga meningkatkan risiko bencana hidrometeorologi, seperti banjir, tanah longsor, dan angin kencang. Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan, menegaskan bahwa tanda-tanda La Nina memang sudah muncul, namun masih diperlukan waktu sekitar satu bulan lagi untuk memastikan bahwa fenomena ini akan berlangsung penuh.