Statistik dan Dampak Penipuan Email
Laporan dari Mailmodo menyebutkan bahwa lebih dari 46,8% trafik email global berasal dari pesan spam. Hal ini memaksa banyak perusahaan untuk mencari alternatif komunikasi lain, seperti WhatsApp, Telegram, atau aplikasi kolaborasi seperti Teams dan Slack. Meskipun demikian, ketergantungan pada email untuk berbagai keperluan, termasuk verifikasi akun, membuat pengamanan email menjadi prioritas yang tak bisa diabaikan.
Google mengklaim bahwa sistem LLM yang digunakan telah meningkatkan deteksi spam hingga 20% lebih baik dan menganalisis ribuan laporan spam setiap harinya. Namun, seperti yang ditegaskan McAfee, langkah-langkah ini saja tidak cukup. Pengguna perlu mengambil tindakan ekstra, termasuk memanfaatkan fitur keamanan seperti Shielded Email dan Hide My Email, serta membuat email alias untuk keperluan publik.
Pembaruan dan Kesadaran Pengguna: Kunci Keamanan Digital
Pengamanan email tak hanya bergantung pada teknologi yang disediakan oleh penyedia layanan, tetapi juga pada kesadaran pengguna. Membuat alamat email baru sebagai alias, mengaktifkan fitur keamanan tambahan, dan selalu waspada terhadap pesan mencurigakan adalah langkah penting dalam mengurangi risiko. Label seperti “spam” atau “berbahaya” pada email yang mencurigakan juga bisa membantu pengguna untuk lebih selektif.
Baca Juga:Tidak Perlu Fotokopi KTP Lagi, Kini Semua Terintegrasi dengan Digital ID!Bekasi Jadi Ibu Kota? Wacana Provinsi Pakuan Bhagasasi Mulai Menguat
Kesimpulannya, ancaman keamanan email di era AI memerlukan pendekatan yang lebih kompleks dan proaktif. Dengan kombinasi teknologi canggih dan kesadaran pengguna, risiko penipuan melalui email dapat diminimalkan secara signifikan.