Waspada Penyakit Hewan Menular Strategis dan Zoonosis di Kabupaten Subang

Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Subang
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, saat melakukan pemeriksaan di kandang ternak hewan warga Subang. CINDY DESITA PUTRI/PASUNDAN EKSPRES.
0 Komentar

SUBANG-Kabupaten Subang tengah menghadapi tantangan serius terkait penyebaran Penyakit Hewan Menular Strategis (PHMS) dan zoonosis yang berpotensi membahayakan kesehatan hewan ternak serta masyarakat.

Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Disnakeswan Kabupaten Subang, drh. Erlinawati Pasaribu, memaparkan perkembangan terkini beberapa penyakit yang memerlukan perhatian khusus.

“High Pathogenic Avian Influenza (HPAI) atau Flu Burung pada tahun ini tercatat 5 kasus HPAI yang menyerang ayam, itik, dan bebek di lima desa di kecamatan Sukasari, Rancabango, Nangerang, Pagon, dan Manyingsal. Sebanyak 50 ekor ayam, 925 ekor itik, dan 1.600 ekor bebek menjadi korban dari wabah ini,” ungkapnya.

Baca Juga:Berlliana Lovell Jalani Syuting Film Ghost Soccer di Subang: Seru dan Dikelilingi Keindahan AlamKapolsek Purwakarta Aktif Bertani Memenuhi Kebutuhan Pangan Sehari-hari

Kemudian, lanjutnya, Lumpy Skin Disease (LSD) penyakit kulit menular pada sapi ini telah menginfeksi 142 ekor di 44 kasus yang tersebar di 28 desa di 12 kecamatan. LSD menjadi ancaman serius bagi produktivitas peternakan lokal.

Penyakit Mulut dan Kuku (PMK)

Sebanyak 54 kasus PMK dilaporkan, dengan total 479 hewan ternak terdampak, terdiri dari 3 ekor kerbau dan 476 ekor sapi. PMK ini menyebabkan kematian pada 7 ekor sapi dan pemotongan paksa 6 ekor lainnya. Penyakit ini teridentifikasi di 30 desa di 16 kecamatan.

Erlina menjelskan, faktor penyebab peningkatak kasus adanya pemasukan ternak dari Jawa Timur dan Jawa Tengah, yang telah terinfeksi PMK dan LSD, menjadi penyebab utama meningkatnya kasus di Subang.

“Keterbatasan stok vaksin sejak September 2024 juga menjadi faktor. Sebelumnya, vaksin dan obat-obatan masih disediakan oleh pemerintah pusat dan provinsi, namun anggaran yang berubah membuat kebutuhan ini harus dibiayai dari APBD kabupaten,” jelasnya.

Perubahan cuaca yang tidak menentu juga memengaruhi daya tahan hewan ternak, sehingga mereka lebih rentan terhadap penyakit.

Erlina menyebut, perkiraan jumlah ternak yang masuk ke Subang akan meningkat signifikan pada Januari-Maret 2025 menjelang Idulfitri dan Iduladha, yang dapat memperburuk penyebaran PMK dan LSD. (cdp)

0 Komentar