Jokowi Buka Suara Soal Isu “Adili Jokowi” dan Cawe-cawe Politik

Jokowi Buka Suara Soal Isu “Adili Jokowi” dan Cawe-cawe Politik (Sumber Foto Youtube Najwa Shihab)
Jokowi Buka Suara Soal Isu “Adili Jokowi” dan Cawe-cawe Politik (Sumber Foto Youtube Najwa Shihab)
0 Komentar

PASUNDAN EKSPRES- Dalam wawancara eksklusif dengan Najwa Shihab, Presiden Joko Widodo menanggapi berbagai isu yang tengah berkembang, termasuk seruan “Adili Jokowi” yang muncul di beberapa kota dan dugaan keterlibatannya dalam pemerintahan saat ini.

Jokowi, yang baru saja kembali dari Uni Emirat Arab setelah menghadiri pertemuan eksklusif dengan 26 pemimpin dunia.

Mengungkapkan bahwa diskusi dalam pertemuan tersebut banyak membahas revolusi robotik, kecerdasan buatan (AI), dan Life 2.0. Menurutnya, perubahan besar akan terjadi dalam 5-10 tahun mendatang akibat perkembangan teknologi tersebut.

Baca Juga:Pembangunan Desa Belum Merata, Dedi Mulyadi Siapkan Skema BaruRockstar Games Konfirmasi GTA 6 Hadir di PC, Tapi Kapan Rilisnya?

Menanggapi tingginya tingkat kepuasan publik terhadap pemerintahan Presiden Prabowo yang mencapai sekitar 80%, Jokowi menyatakan optimisme terhadap kepemimpinan penerusnya.

“Dukungan masyarakat dan parlemen besar, jadi saya melihat kepemimpinan Presiden Prabowo berjalan dengan baik,” ujar Jokowi.

Ketika ditanya soal dugaan “cawe-cawe” dalam pemerintahan, Jokowi menepis anggapan tersebut.

“Itu hanya guyonan. Saya di Solo, kalau bertemu dengan pejabat ya sekadar berbicara ringan saja,” tegasnya.

Ia juga menyatakan bahwa dirinya tidak pernah memberikan arahan khusus kepada putranya, Gibran Rakabuming Raka, yang kini menjabat sebagai Wakil Presiden RI.

“Kalau orang Jawa bilang, ‘ojo kemajon’, jangan berlebihan,” tambahnya.

Sementara itu, mengenai seruan “Adili Jokowi” yang muncul di berbagai daerah, Jokowi merespons dengan tenang.

Baca Juga:Ide Hadiah Valentine Day untuk Orang Terkasih, Pilih yang Paling Berkesan!Spoiler One Piece 1140: Luffy vs Scopper Gaban, Gear 5 Bakal Disempurnakan?

Ia menganggap hal tersebut sebagai bagian dari dinamika demokrasi. “Itu ekspresi, bisa karena kekalahan di Pilpres atau kejengkelan terhadap sesuatu. Saya menanggapinya biasa saja,” katanya.

0 Komentar