PASUNDAN EKSPRES – Bulan Ramadan identik dengan berbagai tradisi, salah satunya adalah berbuka puasa dengan takjil.
Tapi tahukah kamu bahwa kata takjil sebenarnya bukan merujuk pada makanan atau minuman tertentu?
Disini kita akan membahas asal-usul kata “takjil”, maknanya, serta bagaimana penggunaannya berkembang di masyarakat.
Baca Juga:Perbandingan PS5 vs Xbox Series X: Mana yang Lebih Baik?Rekomendasi 5 Pilihan Konsol Game Murah Terbaik di 2025
Asal Usul Kata “Takjil”
Secara bahasa, kata takjil berasal dari bahasa Arab, yaitu عَجَّلَ (Ê¿ajjala) yang berarti “menyegerakan” atau “mempercepat”. Dalam konteks Islam, kata ini digunakan untuk menyegerakan berbuka puasa, sebagaimana anjuran dalam hadis Nabi Muhammad SAW:
“Manusia akan selalu dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka puasa.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Jadi, dalam makna aslinya, takjil sebenarnya mengacu pada tindakan menyegerakan berbuka puasa, bukan makanan atau minuman tertentu.
Takjil dalam Penggunaan Modern
Di Indonesia, kata takjil mengalami pergeseran makna. Saat ini, masyarakat lebih sering menggunakannya untuk menyebut hidangan ringan yang dikonsumsi saat berbuka puasa, seperti kolak, es buah, kurma, gorengan, atau bubur sumsum.
Hal ini kemungkinan terjadi karena kebiasaan berbuka dengan makanan kecil sebelum melanjutkan dengan makanan utama. Akibatnya, istilah takjil yang semula berarti “menyegerakan berbuka” bergeser menjadi istilah umum untuk makanan pembuka puasa.
Meskipun dalam bahasa Arab takjil berarti “menyegerakan berbuka”, dalam penggunaan sehari-hari di Indonesia kata ini telah berkembang menjadi sebutan untuk makanan ringan berbuka puasa.
Pemahaman ini penting agar kita bisa lebih menghargai makna asli dari istilah tersebut sambil tetap menjalankan tradisi berbuka dengan penuh keberkahan.