Kepedulian warga terlihat sangat tinggi terhadap kondisi infrastruktur di wilayah mereka. Hal ini bukan pertama kalinya mereka melakukan aksi swadaya seperti ini. Aksi tambal jalan sudah menjadi kebiasaan yang terpaksa dilakukan karena belum muncul intervensi langsung dari pihak yang berwenang.
Menariknya, jalur Kumpay–Kasomalang ini dikenal oleh warga dengan sebutan “Jalan Gotong Royong Bupati”. Julukan ini muncul karena dalam beberapa periode pemerintahan bupati sebelumnya, jalan ini secara bertahap mendapat perbaikan, meski tidak pernah sepenuhnya mulus.
“Ini bupati-bupati dulu yang pernah menjabat, jalan Kumpay menuju Kasomalang ini suka diperbaiki, ya bisa disebut jalan gotong royong bupati,” ujar Geral, warga Kumpay yang rumahnya berada tidak jauh dari lokasi jalan yang rusak.
Baca Juga:Waterboom Ciereng Subang Tetap Eksis Meski Tak Seramai DuluArmada Sampah Hanya 24 Unit, Dinas LH Subang Sebut Kurang Ideal-nya 60 Unit
Menurutnya, sejak era Bupati Mang Eep, kemudian Ojang Sohandi, hingga Ruhimat, jalan ini secara berkala mendapat perhatian. Namun di masa pemerintahan saat ini, menurut Geral, belum ada langkah konkret yang terlihat selain peninjauan oleh bupati terpilih.
“Jangan cuma menonton saja, kami ingin ada aksi nyata. Karena jalan ini penting bagi masyarakat, tidak hanya warga Kumpay dan Kasomalang, tapi juga warga luar daerah yang lewat sini,” tegasnya.
Bupati terpilih Kabupaten Subang, Reynaldi atau akrab disapa Kang Rey, diketahui memang pernah melakukan peninjauan langsung ke lokasi jalan Kumpay–Kasomalang. Aksi tersebut sempat diabadikan dan menjadi perbincangan warga. Banyak yang menaruh harapan besar pada kepemimpinan Kang Rey agar bisa membawa perubahan, termasuk dalam hal infrastruktur dasar seperti jalan.
Namun hingga memasuki pertengahan April 2025, belum ada kejelasan tindak lanjut dari hasil peninjauan tersebut. Warga masih menunggu apakah janji perbaikan akan segera direalisasikan, atau justru kembali menjadi bagian dari “daftar tunggu panjang” proyek infrastruktur di Kabupaten Subang.
Warga menginginkan agar jalan ini menjadi prioritas karena memiliki fungsi vital, baik sebagai jalur logistik maupun sebagai jalur alternatif penghubung antar kecamatan.
“Kalau terus-terusan dibiarkan, yang merugikan masyarakat. Sekarang memang belum ada korban yang serius, tapi kalau dibiarkan, bisa bahaya, apalagi anak-anak sekolah dan ibu-ibu banyak yang lalu lalang di sini,” tambah Geral.