Apa yang dilakukan warga, yakni menambal jalan dengan batu dan material seadanya, memang merupakan bentuk kepedulian yang luar biasa. Namun, hal tersebut tentu tidak bisa dijadikan solusi jangka panjang. Selain tidak tahan lama, metode ini juga memiliki risiko tersendiri, misalnya batu yang tidak tertata dapat menyebabkan kecelakaan, terutama saat hujan.
Geral mengaku dirinya bersama warga lain selalu was-was jika ada pengguna jalan yang jatuh. “Kami cuma bisa membantu semampunya, tapi kalau mau aman ya harus diperbaiki total. Jangan sampai ada korban dulu baru diperbaiki,” ucapnya.
Bagi warga Kasomalang, Kumpay, dan sekitarnya, jalan bukan hanya tentang akses, tapi juga tentang pemerataan pembangunan. Jalan rusak yang terus dibiarkan bisa menimbulkan rasa ketimpangan dan ketidakadilan, terutama jika dibandingkan dengan daerah lain yang mendapat perhatian lebih.
Baca Juga:Waterboom Ciereng Subang Tetap Eksis Meski Tak Seramai DuluArmada Sampah Hanya 24 Unit, Dinas LH Subang Sebut Kurang Ideal-nya 60 Unit
Mereka hanya ingin bisa menikmati akses yang layak, aman, dan nyaman seperti masyarakat lainnya di Kabupaten Subang.
“Kami bukan minta yang muluk-muluk. Cuma jalan yang bagus saja agar anak-anak sekolah bisa nyaman, orang bawa hasil tani bisa lancar, dan warga tidak was-was tiap hari,” pungkas Geral.
Kini, bola ada di tangan Pemerintah Kabupaten Subang. Mampukah Kang Rey menjawab harapan warganya dengan aksi nyata? Ataukah Jalan Kumpay–Kasomalang akan tetap menjadi “jalan gotong royong” yang nasibnya bergantung pada batu dan semangat warga?(hdi)