Oleh: Orias Lazarus Selan
*) ASN Kemenag Prov. NTT dan Mahasiswa S2 STAKN Kupang
BEBERAPA hari dalam minggu lalu bahkan dalam minggu ini berita tentang gempa bumi di Lombok dan Bali membuat semua pihak prihatin. Informasi yang diperoleh dari beberapa siaran televisi bahwa sampai pada Minggu, 12 Agustus 2018, korban yang meninggal telah mencapai 300 orang. Sementara informasi tentang kerugian materi belum dapat dituliskan pada bagian ini, yang jelas banyak rumah dan fasilitas public rusak.
Menurut informasi beberapa media seperti TV, RCTI, Global, TPI bahwa di Bali Hari Sabtu, 11 Agustus 2018 terjadi lagi gempa bumi sehingga anak–anak yang sementara belajar di sekolah berhamburan keluar ruangan untuk menyelamatkan diri. Gempa bumi merupakan salah satu bentuk bencana alam. Ada banyak tanggapan dari berbagai pihak tentang gempa bumi sebagai bencana alam. Di Lombok belum habis penyaluran bantuan bencana alam dari masyarakat NTT kepada korban bencana alam, kembali terjadi bencana kebakaran di Gurusina Kab. Ngada. Sampai dengan tulisan ini di buat belum ada informasi tentang korban jiwa tetapi korban materi diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah.
Baca Juga:Atlet Para-atletik Indonesia Raih Emas Di Nomor Tolak PeluruDana Aspirasi Bangun Jalan Lancarkan Transportasi Warga
17 Agustus 2018 baru lalu kita merayakan 73 tahun Indonesia merdeka. Berdasarkan jumlah usia menurut penulis Kitab Mazmur usia 70 tahun itu bonus yang diberikan Tuhan kepada manusia. Berkaitan dengan perayaan 73 tahun Indonesia merdeka dan bencana alam yang dialami bangsa Indonesia secara umum, lebih khusus masyarakat Lombok, menimbulkan berbagai pertanyaan mendasar. Salah satu pertanyaan adalah sejauhmana kemampuan masyarakat mengantisipasi gejala bencana alam, seberapa tinggi tingkat keakuratan pemerintah memberikan dan menyediakan sarana dan prasarana penunjang deteksi kemungkinan terjadinya bencana alam di suatu daerah. Sejauh mana pemerintah menyalurkan bantuan obat – obatan bagi korban bencana alam ? bagaimana tanggapan masyarakat awam terhadap bencana alam ?
Dalam percakapan dengan 10 (sepuluh) orang teman tentang gempa bumi di Lombok, di dapat beberapa jawaban sederhana. Hasil percakapan dengan 10 (sepuluh) orang teman terdapat dua jawaban yang berbeda. Pertama bencana alam merupakan tanda kabar derita. Kabar derita yang dimaksudkan adalah alam sudah tidak bersahabat dengan manusia sehingga alam memberikan hukuman dalam bentuk bencana alam. Jawaban teman – teman dalam golongan ini dikategorikan penerus jawaban tradisional. Benar jawaban mereka jika dipandang dari sudut budaya, misalnya budaya atoni pah meto. Bagi atoni pah meto gempa bumi terjadi karena uis neno, uis oe dan uis pah marah. Bagi orang Manggarai mori karaeng marah, orang Bajawa, dewa marah, atau bagi orang Sabu deo,dst..Kelompok kedua menjawab bahwa terjadi patahan di kulit bumi. Kelompok ini tergolong sebagai kelompok yang berpikir secara ilmu pengetahuan.