“Masih di Eropa?” tanya saya.
“Tanggal 5 September saya sudah pulang,” jawab Suharso Monoarfa, menteri Perencanaan Pembangunan/Ketua Bappenas.
“Kok waktu Muskernas partai tidak hadir?” tanya saya lagi.
“Itu kudeta,” jawabnya.
Suharso adalah juga ketua umum Partai Persatuan Pembangunan. Di musyawarah kerja nasional itu ia diberhentikan. Digantikan oleh Mardiono, anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres), yang juga ketua Majelis Pertimbangan Partai.
“Itu tidak sah. Sejak rapat DPP PPP sudah tidak sah,” kata Suharso. “Untuk rapat DPP harusnya kan saya yang mengundang. Saya tidak tahu itu,” tambahnya.
Baca Juga:Kapolres Purwakarta: Paket Sembako Bantu Ringankan Sopir Angkot dan Tukang Ojek Pasca Naiknya Harga BBMAliansi BEM Tolak Kenaikan BBM, Tuntut Pemerintah Berantas Mafia MigasÂ
Waktu itu Suharso masih di Eropa. Yang mengundang rapat adalah Asrul Sani, wakil ketua partai yang juga wakil ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia. Rapat DPP itulah yang memutuskan untuk menyelenggarakan Muskernas. Agar ketua umum bisa diberhentikan.
Forum itu dinilai sah mengganti ketua umum. Sejak itu terbentuklah DPP PPP yang baru, dengan Mardiono sebagai Pj ketua umum. Pengurus lain tetap. Kecuali kalau ada yang mengundurkan diri.
Kelihatannya ada.
Kini mereka masih saling tunggu: kubu mana yang lebih kuat. Kinilah tahap yang paling mendebarkan bagi para pengurus. Salah langkah bisa lenyap
Suharso pun mengancam akan memecat para pengkhianat di partai. Mereka yang terlibat di Muskernas itu dianggap pengkhianat. “Mereka itu Brutus semua,” kata Suharso.
“Lho kalau mereka dipecat kan habis?” tanya saya.
“Masih banyak yang ikut saya. Dari pengurus yang ada, lebih banyak yang memihak saya,” ujar Suharso. “Termasuk sekjen partai,” tambahnya. Dari 46 orang pengurus, kata Suharso, setidaknya 28 orang memihak dirinya. “Lebih separo,” katanya
Pengurus baru itu sudah mengirim surat ke Kementerian Hukum dan HAM. Mereka minta pengesahan. Suharso juga sudah berkirim surat ke alamat yang sama: agar menolak permintaan mereka.
“Kan sesama menteri. Tinggal telepon…,” tukas saya.
“Ya… saya sudah telepon. Saya bilang ke beliau kalau permintaan mereka dipenuhi kita tidak berteman lagi,” ujar Suharso.
Baca Juga:Lemari Pengering Sayuran dan Buah Bantu Petani di Lembang Agar Hasil Panen Tidak Cepat BusukTerancam Diberhentikan, TKK Kabupaten Bandung Barat Pertanyakan Nasib, Mulai dari Honor hingga Pendataan
Maka kedudukan pemerintah kini jadi penentu. Sekaligus kita-kita bisa melihat: pihak mana yang sebenarnya mendapat restu.