PERBURUAN seru dilakukan untuk mencari seorang wanita penjual dawet. Ia mengaku menjual dawet di depan pintu 3 stadion Kanjuruhan Malang. Padahal tidak pernah ada kios dawet di situ.
Wartawan terus mencari tahu siapa wanita itu: salah satunya Ulul Azmi, wartawan Tugumalang. Tidak bisa menemukan. Ulul melihat hanya ada toko mebel dan warung kopi di depan pintu 3.
Ulul ngobrol dengan penjaga toko mebel. Sudah tahunan di situ. Tidak pernah melihat ada kios dawet di dekatnya. Kalau pun ada penjual dawet, ia adalah laki-laki. Itu pun dawet pikulan.
Baca Juga:Akselerasi Smart-Eco Industrial ParkButuh Pasokan Air untuk Pertanian, Dinas PUPR Karawang Realisasikan Program Normalisasi DAS
Ulul, alumnus prodi jurnalistik Universitas Muhammadiyah Malang. Ia sudah dua tahun menjadi wartawan. Sebelum itu ia wartawan Tribun di Bali. Ulul kini lagi menanti kelahiran anak pertamanya.
Ulul malam 1 Oktober 2022 itu nonton Arema FC VS Persebaya. Malam itu ia berada di antara tugas jurnalistik dan kemanusiaan. Ia ikut menggotong banyak korban. Ia tidak tidur sampai pagi.
Besok malamnya ia buka-buka medsos. Ia temukan, di TikTok, audio yang beredar viral: suara si wanita penjual dawet.
Audio itu jadi bahasan utama di medsos. Keesokan harinya Ulul kembali ke Kanjuruhan. Ia mau ke warung kopi di depan pintu 3. Tidak jadi. Ia lihat banyak orang mirip intelijen di situ. Ulul pilih ke toko mebel tadi. Ngobrol di situ.
Di audio tersebut si penjual dawet begitu hidupnya dalam bercerita. Nama polisi harum di situ. Nama suporter buruk sekali: pemabuk.
Di audio itu, si penjual dawet bercerita heroik: menolong polisi yang lagi menolong anak kecil yang terjepit.
Keterangan penjual dawet itu begitu nyata. Dia menyebut nama polisi yang menolong anak kecil itu.
Dia menolong polisi yang lagi menghadapi ancaman Aremania.
Dia selamatkan polisi itu ke dalam tokonyi.
Baca Juga:Catatan Harian Dahlan Iskan: Madura MinahasaPeran Keluarga dalam Membentuk Karakter Anak Jangan Diabaikan
Polisi itu digambarkan begitu baik. Membasuh muka anak kecil itu dengan air
Masalahnya: tidak ada toko dawet di sekitar stadion itu. Apalagi di depan pintu 3. Kian dicari, wanita itu kian menimbulkan misteri.
Wartawan tidak mampu memecahkan misteri itu. Yang memecahkannya justru si penjual dawet itu sendiri. Kemarin. Rabu. Siang hari.