Gabah Kering Dihargai Murah, Hanya Rp4.500 per Kilogram

Gabah Kering Dihargai Murah, Hanya Rp4.500 per Kilogram
INDRAWAN SETIADI/PASUNDAN EKSPRES PERTANIAN: Harga gabah di Kabupaten Subang mengalami penurunan, salah satu penyebabnya adalah cuaca tidak menentu.
0 Komentar

SUBANG-Harga gabah di Kabupaten Subang mengalami penurunan, salah satu penyebabnya adalah iklim atau cuaca tidak menentu. Harga gabah kering normalnya Rp5.500 per kilogram, sekarang hanya berkisar Rp 4.500 per kilogram.

Hal tersebut dibenarkan oleh Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Jawa Barat, H Otong Wiranta.

Menurutnya, selain faktor iklim harga gabah anjlok juga lantaran serangan hama.

Baca Juga:Dinas Pendidikan Pusatkan Latihan Hadapi Lomba Tingkat JabarBupati Ajak Doa Bersama untuk Keselamatan Eril

“Serangan hama seperti pengerek batang atau sundep dan hama wereng menjadi penyebab anjloknya hasil panen di beberapa kecamatan di Subang,” jelasnya.

Kehadiran hama itu juga, dikatakan Otong erat kaitannya dengan cuaca, ditambah lagi banyak para petani yang belum bisa menyesuaikan diri saat tanam.

“Sehingga berakibat pada serangan hama, perubahan iklim tu juga memang sangat berpengaruh besar pada potensi hasil panen. Petani masih banyak yang belum bisa mengatur masa tanam, agar padi tidak terserang hama,” tambahnya.

Hal yang secepatnya harus dilakukan pemerintah yakni menginformasikan pada petani terkait harga, sehingga para petani paham.

“Harus menginformasikan sampai ke tingkat petani di bagian bawah supaya mereka mengerti tentang harga di lapangan, agar petani tak panik terkait harga gabah yang anjlok,” tambahnya.

Dia menyampaikan, kualitas padi yang dihasilkan pada panen sekarang sangat bagus. Namun harganya  memang tidak sebanding dengan ongkos produksi.

“Biasanya harga normal untuk gabah kering itu di Rp5.500 per kilogram, sekarang hanya berkisar di Rp 4.500 per kilogram saja sudah bagus,” katanya.

Baca Juga:Klaim Capai Rp30 M, 72,54 persen pasien di RSUD Ciereng Gunakan BPJSPemkab Seragamkan Calon Haji Asal Subang

Melihat fenomena tersebut, KTNA Jabar, kata Otong, mengusulkan HPP yang jadi standar pembeli bisa ditingkatkan.

Dia berharap, pemerintah bisa berupaya untuk memperjuangkan nasib para petani yang banyak mengalami kerugian akibat hasil panennya anjlok.

“Kita berharap pemerintah bisa menaikan HPP, karena saat ini harga gabah tidak sesuai dengan biaya produksi yang sangat tinggi,” tukasnya.(idr/ysp)

 

0 Komentar