CIMAHI–Sudah setahun lebih, Rifki Mulyanudin, terpaksa harus berbaring lemah dikediamannya, di Kampung Bobojong RT 06 RW 15 Kelurahan Cipageran, Kecamatan Cimahi Utara Kota Cimahi karena sakit.
Bocah berusia 11 tahun tersebut harus menderita karena penyakit yang hingga kini belum juga terditeksi. Padahal pihak keluarga sudah beberapa kali mencoba membawa Rifki untuk berobat.
Herna Purnamasari, 33, ibu dari bocah tersebut mengaku anaknya sakit setelah mendapat imunisasi rubella di sekolah. Pertama disuntik imunisasi rumbella saat Rifki kelas tiga sekolah dasar. ”Setelah disuntik itu sakit sampai 3 bulan. Waktu itu mengeluh sakit ulu hati, demam, batuk, pilek, dan di bagian kulit muncul seperti cacar. Waktu itu saya enggak rawat karena enggak ada biaya. Sempat sembuh, kelas 5 disuntik rubella lagi dan sakit lagi sampai sekarang,” terang Herna, saat ditemui dikediamannya, belum lama ini.
Baca Juga:Sulit Air, Petani Tetap Waspada Hama TikusTingkatkan Siskamling dan Berantas Bank Emok
Menurutnya, selama ini untuk biaya pengobatan anaknya, dia harus bersusah payah mencari uang. Sebab, selama ini keluarganya tidak mendapat kuota JKN-KIS dari pemerintah. ”Padahal kami sudah beberapakali didaftarkan agar mendapatkan bantuan JKN-KIS,” ujarnya.
Dia mengaku, anaknya pernah dirujuk ke Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) sampai menjalani pemeriksaan Magnetic resonance imaging (MRI). Namun dari pemeriksaan tersebut hasilnya normal. ”Sakit apa belum tahu, sampai sekarang kami juga masih bingung,” ujarnya.
Akibat sakit tersebut, Rifki tak bisa beraktifitas seperti anak lainnya. Tubuhnya menjadi kurus, juga mengalami luka. Bahkan kulitnya yang luka itu sampai bolong hingga terlihat tulangnya. Saat ini Rifki tengah menjalani terapi akupuntur dan kontrol rutin ke puskesmas dan RSHS tiap bulan.
”Makanya dipakai selang kateter saja. Dulu anak saya suka main sepakbola, sekarang hanya bisa diam di kasur,” ucapnya, seraya menahan tangis.
Karena sakit itu juga, Rifki terancam tak bisa melanjutkan sekolah. ”Sejak sakit enggak sekolah. Kalau dikeluarkan, ya mau bagaimana,” tandasnya.
Ditempat yang sama, ayah Rifki, Dede Hidayat, 40, menuturkan, selama ini dia yang bekerja sebagai loper koran harus membayar sendiri biaya pengobatan. ”Sewaktu dirawat pertama menggunakan SKTM, dibantu Rp 7 juta nombok Rp 3 juta untuk bayar perawatan. Setelah itu, saya daftar BPJS Kesehatan secara mandiri karena dari Pemkot Cimahi tidak dapat,” ucapnya.