Ma'bua': Horison, Utopia Seni, dan Ritus: Eksplorasi Ritual Toraja oleh Densiel P. Lebang

Ruang Tari Bandung
Poster OPEN LAB Ruang Tari Bandung vol.03/screenshoot Intagram @obahdancelab
0 Komentar

PASUNDAN EKSPRES – Densiel P. Lebang, seorang koreografer dan pekerja budaya dari Bulukumba, Sulawesi Selatan,menghadirkan sebuah karya seni pertunjukan yang menyelidiki ruang liminal dalam ritual Ma’bua’, upacara adat tertinggi dalam Rambu Tuka’ masyarakat Toraja.

Karya ini, berjudul Ma’bua’, mencerminkan rasa syukur masyarakat Toraja dan menjadi wadah bagi Densiel untuk menafsirkan ulang simbol-simbol dalam ritual tersebut.

Ma’bua’ terdiri dari berbagai bagian yang memuat doa-doa dan permohonan berkat yang berbeda-beda.

Secara sosio-religius, ritual ini merangkum beberapa upacara adat secara kolektif.

Baca Juga:SMK Plus Mekarwangi  Lepas 46 Siswa, Siap Masuk Dunia KerjaDitolak Kader PAN Subang Dapat Rekom dari DPP jadi Calon Bupati, ARD: Hehehe

Densiel, melalui karyanya, menginterpretasikan kembali simbol-simbol dalam ritual tersebut dengan melihat bagaimana dirinya sendiri “ma’bua’” (berbuat), serta mengkaji perubahan yang terjadi sebelum dan sesudah ritual.

Dalam konteks ini, ma’bua’ dipandang sebagai prasyarat,tindakan, atau metode ruang liminal untuk mencapai kesuburan.

Ketertarikan Densiel dalam mengeksplorasi tema kompleksitas relasi urban dan rural (pedesaan) membawanya pada penemuan berbagai kode kultural dan konteks yang menjadi dasar untuk mencari berbagai pendekatan dan artikulasi artistik.

Bagi Densiel, praktik ritual Ma’bua’ merupakan ruang transisi yang menunjukkan adanya perilaku terkodekan dan dapat ditularkan.

Ia menerjemahkannya ke dalam pertunjukan dengan melihat bahwa pengertian “performance” merupakan hasil dari interaksi antara ritual dan permainan.

Riset Densiel tentang Ma’bua’ akan dibahas dalam BADAMI Vol.03 oleh dua narasumber lintas bidang: Dr. Thomas Kristiatmo, S.S., M.Hum., STL dan Theo Frids Hutabarat, S.Sn., M.Sn.

Melalui kerangka kerja Densiel – mengumpulkan data, menganalisis, mengolah, dan menyajikannya ke dalam karya koreografi dan film tari – seni tidak hanya berpeluang untuk dilihat sebagai ekspresi personal murni, tetapi juga menjadi pintu gerbang bagi lahirnya pengetahuan baru.

Baca Juga:Rumah Warisan Keluarga Akhirnya Miliki Sertipikat, Warga Jambi Rasakan Kemudahan PTSLMembangun SDM dan Kualitas Pendidikan Usia Dini di Subang

BADAMI memfasilitasi ruang dialog antara pencipta karya dengan akademisi, profesional, peneliti, dan pemerhati lintas bidang untuk menggali isu-isu yang diangkat dalam karya-karya seni pertunjukan.

Berangkat dari karya Densiel, diskusi kali ini diharapkan mampu membedah berbagai metode penelitian yang dapat digunakan oleh seniman dalam membangun argumentasi ketika menyajikannya sebagai karya seni.

0 Komentar