Penelitian Hajar Aswad Ungkap "Tak Berasal Dari Surga"?

Penelitian Hajar Aswad Ungkap \"Tak Berasal Dari Surga\"?
Penelitian Hajar Aswad Ungkap \"Tak Berasal Dari Surga\"?
0 Komentar

PASUNDAN EKSPRES – Batu hitam legendaris yang ada di salah satu sudut Kakbah, Hajar Aswad, menyimpan kisah menarik yang nggak asing bagi umat Islam. Batu ini diyakini sudah ada sejak zaman Nabi Ibrahim dan dipercaya berasal dari surga. Konon, Hajar Aswad dulunya berwarna putih bersih dan memancarkan cahaya, namun lama-kelamaan berubah hitam karena menyerap dosa manusia.

Cerita ini membuat para ilmuwan penasaran dan mulai mencari jawaban ilmiah. Benarkah Hajar Aswad dulunya putih? Apakah batu itu benar-benar bisa memancarkan cahaya? Dan kalau memang berasal dari surga, batu ini masuk jenis batu apa?

Para ilmuwan punya beberapa teori. Ada yang bilang Hajar Aswad itu sekelas dengan batu akik, tapi teori yang lebih populer adalah Hajar Aswad berasal dari meteorit. Ini masuk akal jika mengacu pada cerita bahwa batu ini berasal dari langit. Selain itu, ada jejak-jejak meteorit yang ditemukan di dekat Kakbah, yang memperkuat teori ini.

Baca Juga:Harga Tukar Token $HMSTR, Turun Lagi di Minggu, 06 Oktober 2024! Simak Update Terbarunya!Copilot Kini Ada di WhatsApp! Ngobrol Sama AI Segampang Chat Teman

Penelitian Pertama Hajar Aswad

Penelitian dari E. Thomsen dalam “New Light on the Origin of the Holy Black Stone of the Ka’ba” (1980) menceritakan tentang seorang peneliti bernama Philby yang menemukan kawah meteorit di Al-Hadidah pada tahun 1932. Kawah itu diberi nama Wabar, dengan ukuran lebih dari 100 meter. Di sekitar kawah, ditemukan juga pecahan-pecahan meteorit yang terbuat dari campuran pasir, silika, dan nikel. Lapisan dalam pecahan meteorit tersebut berwarna putih, sedangkan luarnya hitam, yang dihasilkan dari ledakan nikel dan besi di luar angkasa.

Thomsen mengamati bahwa ciri-ciri pecahan meteorit ini sangat mirip dengan Hajar Aswad. Menurutnya, cahaya putih yang pernah dipancarkan Hajar Aswad mungkin berasal dari bagian dalam batu yang rapuh dan nggak bertahan lama. Karena itu, lapisan luar batu ini berwarna hitam dan seiring waktu, hanya bagian hitam yang tersisa.

Dari sini, Thomsen menyimpulkan bahwa perubahan warna Hajar Aswad bisa dijelaskan secara ilmiah, bukan karena penyerapan dosa manusia (katanya yang notabene-nya tak percaya Tuhan) . Bintik-bintik putih yang tersisa di batu tersebut saat ini adalah sisa-sisa kaca dan pasir.

0 Komentar