Ditemukan Pernak-Pernik hingga Kerangka Manusia Purba
Diawali ketika peliputan mengenai kegitan saresehan budaya, yang diselenggarakan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan di Situs Nay Subang Larang beberapa waktu lalu, Pasundan Ekspres menyimpan penasaran pada tempat tersebut. Apa yang membuat tempat itu dinamakan Situs Nay Subang Larang? Ada apa saja di sana? Berikut hasil penelusuran Pasundan Ekspres.
LAPORAN: INDRAWAN, Binong
Menurut warga sekitar Ma Ewi, tepatnya sejak Mei tahun 2011, hutan jati di Desa Nanggerang Kecamatan Binong itu tiba-tiba ramai dikunjungi banyak orang termasuk para sejarawan dan budayawan Jawa Barat. Mereka berdatangan ke sana, ketika mengetahui warga di daerah ini banyak menemukan berbagai peninggalan benda bersejarah yang diduga milik Nay Subang Larang.
“Mei tahun 2011 kalau tidak salah kebon (kebun) mulai ramai itu. Pertama karena orang-orang banyak menemukan benda-benda aneh, baru mulai ramai,” jelas Ma Ewi.
Baca Juga:Bunda Cinta Siaran Keliling di PurwakartaSidang Isbat Ramadan Dihelat 5 Mei
Benda-benda bersejarah itu banyak ditemukan di hutan jati yang disebut Muara Jati dan Teluk Agung yang juga dikenal dengan sebutan Astana Panjang. Ma Ewi mengaku tidak mengetahui sejarah daerah itu disebut Astana Panjang, yang pasti sejak tahun 80-an warga sekitar sudah sering menemukan benda-benda kuno di sini.
Bagaimana akhirnya tempat itu dinamakan situs peninggalan Nay Subang Larang? Dari penulusuran Pasundan Ekspres ke berbagai sumber yang ada ketika itu, penetapan lokasi tersebut sebagai situs peninggalan Nay Subang Larang, didasarkan pada hasil penelusuran Abah Dasep Arifin sejarawan dari Bogor yang sudah puluhan tahun mencari jejak makam Nyai Subang Larang.
Berbagai peninggalan yang ditemukan dan kesamaan nama-nama tempat dengan latar belakang kehidupan Subang Larang zaman dulu, semakin menguatkan tempat ini merupakan saksi sejarah perjalanan hidup Istri Prabu Siliwangi itu. Selain itu di daerah Cipunagara juga terdapat makam Eyang Gelok yang diyakini sebagai pengiring Nay Subang Larang semasa hidupnya.
Hingga kemudian 30 Juni 2011 Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Jabar, mengukuhkan cagar budaya Teluk Agung sebagai cagar budaya baru. Penetapan langsung dilakukan oleh Kepala Disparbud Jabar, Herdiwan, didampingi Acil Bimbo dan Dasep Arifin, dari Dewan Kasepuhan Padjadjaran.