Pojokan 179, Perburuan
Sebagian hidup kita diserahkan pada sentimen. Melahirkan ketakutan. Ketakutan akan tilikan orang kepada diri.
Mewujud dalam hasrat untuk menguasai dan memata-matai tindak-tanduk, persepsi orang terhadap diri.
Membuat diri terikat pada apa yang dikatakan orang.
Sehingga selalu mengacu kepada jawaban yang dikehendaki, selalu menjadi jawaban yang benar.
Baca Juga:Sosialisasi Promo Hari Listrik Nasional, Tambah Daya Listrik Hanya Rp. 271.023Pojokan 178, Rokok “Mami Muda”
Dan jawaban yang benar tidak selalu jawaban yang dikehendaki. Membutakan mata hati, mengeruhkan kebeningan nurani.
Jalan hidup sekedar menanam ketakutan. Ketakutan kepada kesan orang. Menjadikan diri selalu terikat.
Memenjarakan pada perburuan keserakahan dan citra diri.
Keserakahan akan ketundukan dan kuasa, agar selalu mendapat jawaban yang dikehendaki-bukan jawaban yang benar.
Sebab, yang benar bisa membuat ciut nafsu dan keserakahan.
Namun tampak menjadi kebengisan untuk menguasai dan membusai sumpah-serapah.
Perburuan pada adicitra yang sempurna. Dengan topeng kekuasaan dan gemerlap hedonism.
LIHAT JUGA:
Menganggit kewibawaan fatamorgana. Dengan pakaian kekuasaan dan gemerlap hedonism, seolah adicitra akan melambung tinggi.
Menunduk orang untuk bertemu dengan kita. Silau akan citra diri yang tak kekal.
Dan kita pun menikmati ketidakkekalan adicitra fatamorgana. Maka perburuan pada adicitra itu menjadi prioritas.
Baca Juga:Disdik Purwakarta Borong 9 Penghargaan BBPMP JabarTerbanyak di Asia Tenggara! PLN Resmikan 21 Unit Green Hydrogen Plant, Mampu Produksi Hingga 199 Ton Hidrogen Per Tahun
Segala cara dilakukan untuk menganggit adicitra. Kadang kekuasaan sebagai lantaran kemunculan adicitra menjadi rebutan.
Menjadi perburuan banyak orang.
Seolah kekuasaan adalah hewan buruan yang harus diburu.
Semua orang berburu, beradu, demi kekuasaan. Segala hal dihalalkan pun menabrak konstitusi dan moral.
Dan setelah buruan kuasa didapat, adicitra melambung tinggi. Melupakan purwa daksi untuk melayani dan mengabdi.
Lali untuk tunduk pada nurani dan konstitusi. Mengejar gemerlap adicitra yang dibalut kemewahan dan serakah kuasa dan harta.
Melahirkan perburuan baru. Kebaruan perburuan kemewahan, kuasa lebih dan harta. Dengan cara tak patut.