PASUNDAN EKSPRES- Berikut Kronologi Terungkapnya Pernikahan Sesama Jenis di Cianjur, Jawa Barat
Ternyata, kasus pernikahan AD dari Desa Pakuon di Kabupaten Cianjur ini mengejutkan banyak pihak. Awalnya, kabar heboh tentang pernikahan dengan biaya besar mencuat, tapi yang terungkap adalah sesuatu yang lebih kompleks. Kepala Desa Abdullah merasa curiga dan langsung bergerak untuk memeriksa kebenaran kabar tersebut.
Namun, saat berusaha memproses persyaratan pernikahan, pihak laki-laki tersebut tidak bisa menunjukkan identitas diri yang jelas. Alasan seputar KTP yang diambil ibunya dan alasan lainnya semakin menambah kebingungan. Karena hal ini, pihak desa menolak memproses pernikahan tersebut dan mengeluarkan keputusan tertulis terkait hal ini.
Baca Juga:Lezat! Bumbu Rujak Buah Gula Merah Kacang, Nikmat dan Mudah DibuatResep Sambal Rujak Buah Manis Pedas, Hidangan Segar dan Menyegarkan
Alasan di balik ketidakjelasan identitas AD cukup mengkhawatirkan. Abdullah memiliki pengalaman terdahulu di mana identitas yang tidak jelas dari salah satu pasangan pernikahan menghasilkan masalah serius di desanya. Karena itu, ia bersikeras untuk mendapatkan kejelasan identitas sebelum memproses pernikahan.
Namun, pernikahan itu ternyata sudah terjadi dengan resepsi di rumah mempelai perempuan setelah beberapa hari. Masalah muncul ketika terungkap bahwa biaya resepsi itu sebenarnya hasil pinjaman dari seorang warga. Abdullah segera menangani masalah ini untuk menghindari kegaduhan lebih lanjut.
Situasi semakin terungkap ketika beberapa warga membawa AD ke kantor kecamatan untuk memeriksa identitasnya. Hasilnya mengejutkan: AD bukanlah seorang laki-laki, melainkan seorang perempuan asal Kalimantan yang memalsukan identitasnya untuk menikahi kekasihnya yang merupakan warga Desa Pakuon.
Yang lebih mengejutkan lagi, baik orang tua maupun mempelai wanita tidak menyadari bahwa AD sebenarnya adalah perempuan. Abdullah merasa semua pihak tertipu oleh penyamaran AD, dan pemerintah desa memberikan pembinaan kepada warga dan keluarga terkait masalah ini.
Meskipun pernikahan itu sudah berakhir dan tidak berlanjut, Abdullah berharap agar pembinaan dan pendampingan diberikan kepada keluarga untuk mengatasi rasa tertipu dan tidak minder. Kasus ini memang menjadi perhatian besar di Kabupaten Cianjur karena sifatnya yang mengejutkan dan kompleks.